Beli Peniti Dalamnya peci
Pecinya warna merah muda
Anjir, opening macam apa
ini
Tapi rimanya asik juga.
…
Hmmm yang lek kalo baca
rima dari gue pasti langsung salim nih.
Hallo. Udah sebulan nih
gue nggak ada ngisi blog. Ada yang kangen ? ohh nggak ada, yaudah nggak papa.
Berharap dikangenin belum ada apa-apanya dibanding berharap diakuin.
Sedap~~~
Semua orang butuh
pengakuan. Pengakuan sendiri berarti susuatu yang cenderung mengarah ke sifat….
Ehh bentar-bentar, ini
kenapa jadi kaya mau bikin makalah. Sorry-sorry, terbawa suasana UAS nih.
Makanya tiap buka Microsoft Word bawaannya pengin bikin makalah mulu. Sedih ya
jadi gue :(
Setahu
gue, manusia itu pasti punya dua sisi dalam hidupnya, maksudnya begini. Kadang
kita bisa suka banget sama sesuatu. Tapi di lain sisi, kita juga bisa benci
banget.
Sederhananya
begini deh, gue dulu suka banget kepiting, tapi, setelah pernah dijepit sama
capit kepiting rajungan (jenis kepiting gede nih), gue jadi benci sekali sama
binatang ini.
Sisi
kebencian secara psikis ini ternyata berpengaruh juga ke fisik. Setelah lama
nggak makan kepiting, gue pun mencoba untuk melawan rasa takut ini. Gue coba
makan kepiting lagi. Anehnya, tubuh gue menolak memakan daging kepiting ini,
gue kaya pusing, terus muncul bentol-bentol gitu di daerah tangan dan leher
setelah memakannya.
Tolong
ya, yang di leher itu murni bentol akibat kepiting, bukan bekas cupangan, tolong!
Semua
yang mengandung kata ‘akhir’ itu seperti kartu joker dalam permainan kartu.
Bisa menguntungkan bisa pula merugikan. Simpelnya, bisa jadi menyenagkan bisa
juga jadi menyebalkan. Misalnya:
Puasa
hari terakhir = menyenangkan, karena dekat dengan lebaran.
UAS
hari terakhir = menyenangkan, karena setelah itu libur panjang.
UAS
hari terakhir di semester 6 = nah, kalo yang ini jatohnya ditengah-tengah.
Senang karena akhirnya liburan panjang. Sedih juga karena setelah libur harus mikirin judul skripsi *nangis*
Hari
akhir buat gue itu bukan soal kiamat doang. Kalo kata agama gue ada kiamat
kecil ada juga kiamat gede. Yang kecil itu contohnya kejadian-kejadian
sehari-hari aja.
Hari
ini gue nggak bikin tutorial dulu, nggak ngelanjutin postingan sebelumnya juga
atau membuat postingan motivasi yang isi sesungguhnya adalah perusakan moral
bangsa secara masal. Lagi pengin cerita biasa aja, soal kegiatan gue yang
biasanya nggak menarik, yang mau close tab sekarang boleh, buang-buang waktu
itu kegiatan penuh dosa, loh.
Akhir-akhir
ini gue lagi suka sendirian, kemana-mana pokoknya penginnya sendirian, nggak
tau kenapa, kerisis me time
sepertinya. Kebiasaan ini terjadi setelah beberapa minggu sebelumnya dosen gue
cerita soal profesi dia sebelum jadi dosen. Iya, jadi mahasiswa.
Dosen
ini masih muda, dia alumni kampus gue juga. Nggak banyak sebenarnya yang dia
sampaikan, intinya dia bilang begini:
“Deal
ya ini, hari Sabtu 10 September berangkat, hari Minggunya pulang.”
“iya,
deal wess”
“budal
wes”
MAIN DEAL AJA, MAIN
BUDAL AJA. URUNAN DULU WOYY.
Setelah selesai
cerita soal liburan gue ke batu bekung, anak-anak kelas gue jadi pengin liburan
juga. Karena udah semester 5 kayaknya lebih enak liburan pake mobil aja. Udah
capek soalnya kalo pake motor.
Maka, sudah diputuskan,
10 September kita akan camping di Pantai Sendiki. Setelah menentukan lokasi,
sekarang gue dan anak-anak sekelas akan memastikan siapa aja yang bisa ikut dan
siapa yang akan dimusuhin (karena nggak ikut).
Problem
setiap anak-anak di masa yang sudah injury time ( transisi dari anak-anak
menuju remaja pemula) pastilah nggak jauh-jauh dari yang namanya jatuh cinta,
patah hati, pacaran, balikan, uttaran. Setiap remaja pemula bahkan remaja lapuk
punya masalah yang pastinya berbeda-beda.
Kebanyakan
dari kita, jika sudah patah hati dan bubaran dengan pacar, pasti pengin
cepat-cepat melupakannya. Seperti kegiatan melupakan mantan itu adalah hal
wajib yang harus dilakukan kalau sudah putus.
Padahal
nggak selalu begitu. Nggak semua orang mau langsung melupakan mantannya begitu
baru putus. Bisa aja malah sebaliknya. Sebelum menulis postingan ini gue sempat
melakukan survey kecil-kecilan prihal perbandingan antara yang dilakukan
mayoritas orang ketika baru putus dengan pacarnya.
Terakhir
ngecek KRS gue langsung stres. Nggak sadar kalau gue udah masuk semester lima
aja. Perasaan kemarin masih sibuk nyari kemaja putih, celana bahan warna hitam, sama bahan ngerpe (nyontek) buat tes SBMPTN sih.
Dua tahun udah berlalu, bener-bener nggak terasa kuliah udah kaya mainan.
Tau-tau udah mau magang. Iya, semester 6 nanti gue udah harus magang, Insyaallah kalau SKS udah mencukupi gue nggak mau menunda-nunda magang.
Sebenarnya, kalau di kampus gue namanya bukan magang, tapi PKP (Praktik Kerja Profesi). Mirip-mirip sama waktu SMK dulu sih.
Bedanya usia doang, kalau zaman SMK dulu gue masih polos, nah kalau sekarang udah
nggak polos lagi. [Insert meme]
Dahulu
kala hiduplah seorang gadis nan cantik dan jelita bernama Lela. Ia tinggal
bersama kedua orang tuanya dan hidup dengan bahagia.
Ayah
Lela adalah juragan burung wallet dan juragan kambing. Sementara ibunya adalah
kepala kontraktor industry penyulingan minyak kayu putih.
Mereka
hidup bahagia disebuah desa nun jauh di sana. Hidup dengan damai dan sejahtera
bersama para tetangga serta koleganya. Lela tidak pernah merasakan yang namanya
menderita, ia selalu hidup berkecukupan, bahkan berlebihan dan bergelimang
harta.
Keluarga
Lela pun sangat terpandang dan dihormati oleh para tetangga. Keluarga Lela
selalu menyumbang kambing jika hari raya qurban dan selalu menyumbang minyak
kayu putih ke pos yandu terdekat jika hari imunisasi tiba.
Kalian
baca kembung di batu bekung yang pertama dulu biar nggak hilang arah, cukup
hubungan aja yang hilang arah, baca cerita gue jangan. #OkeSip
***
Sebelum
mencari tempat penyewaan tenda, kita memutuskan untuk makan. Untungnya di
pantai ini sudah cukup ramai, seengaknya ada warung yang buka dan JUALAN. Ini penting,
warung kalo cuman buka doang itu nggak berguna juga, nggak bisa dijadikan
tempat makan, wong nggak jualan. Piye.
Dari
sekian warung yang ada, yang jualan itu cuman satu doang. Nggak tau sial atau
gimana, kebetulan pas kita kesana emang para penghuni tetap pantai ini lagi
liburan gitu, jadi bener-bener sepi banget. Pantai sepi gini ada enak ada
enggaknya sih.
Enaknya
kita bebas mau nongkrong di warung yang kosong. Nggak enaknya NYARI MAKAN SUSAH.
Ya kali harus bawa kompor dan yang lain-lainnya.
Di
dunia ini siapa sih yang nggak suka liburan. Semua orang suka liburan. Apalagi
waktu kepala lagi pening, pikiran kalut, harga saham naik, rupiah melemah, kita
butuh liburan. Untuk apa ? untuk menghilangkan stress dan menjaga bumi dari
serangan alien.
Sudah
beberapa tahun kebelakang ini gue dan beberapa teman-teman sekelas di kampus
selalu liburan dulu sebelum memasuki semester baru. Dan tujuannya pun selalu
sama. Pantai. Ya, kita anak pantai, kebetulan Malang juga terkenal dengan pantainya
yang banyak dan bagus, makanya gue lebih suka berlibur ke pantai untuk sekedar
nge-camp atau mandi-mandi lucu dari pada main ice skating di kutub, selain
jauh, gue juga nggak bisa mainnya.
Beberapa
pantai di Malang sudah gue taklukan, walaupun faktanya pantai di Malang itu
nggak bisa di pake buat mandi karena arus dan gelombangnya yang gede, gue tetap
senang ke pantai, soalnya dekat, kalo main ke gunung itu jauh, cape, ngabisin
banyak duit pula. Yaudah kita liburan yang gampang dan murah aja, pantai lagi
pantai lagi.
Sore
itu, di teras kosan pacar, gue lagi duduk sambil bantuin dia ngeluarin ransel
dan beberapa barang yang bakal dibawa pulang. Perkuliahan semester 4 udah
selesai, saatnya pulang kampung dan liburan dengan tenang. Gue keringetan
mindahin barang-barang dia dari lorong parkiran ke teras, eh pacar malah sibuk
nyemil biscuit sari gandum.
“Sampai ketemu 3 bulan lagi ya
sayang”
“Iya, 3 bulan ya, lama juga tuh”
“Ahhh sebentar aja nah itu. Cuman
90 hari loh.”
“Iya, semoga di Samarinda nggak
ada yg bikin aku goyah ya.”
PEMBAJAKAAAAAN!!!
Rasakanlah kebinalan wajahku di
awal paragraf. Resapilah baik-baik. Hayati… lalu silakan mencret bareng-bareng.
Ya, Anda mungkin heran saat
melihat foto tersebut. Anda mungkin ragu untuk meng-klik dan membaca tulisan
ini. Karena apa? Karena Iksan sudah kubekap! Maka biarkanlah Leonardo Di Caprio
mengambil alih blog ini! Muahahaha!!
Mungkin banyak yang
bertanya-tanya bagaimana cara membajak blog ayamsakit ini.
Oh, itu jelas hal yang mudah.
Tapi, sebelum sampai ke sana, gue akan bercerita sedikit tentang kenapa blog
kampret ini jarang update. Sebagai anak DKV, Iksan jelas memikirkan segala
aspek sewaktu pengin update. Berikut persentase pembagian waktu Iksan kalo
bikin postingan blog:
Bulan
ramadhan selalu punya cerita uniknya sendiri, entah untuk kita atau untuk power
rangers merah muda. Ditempat tinggal gue, yaitu di Samarinda. Orang-orangnya
punya banyak ritual atau kebiasaan unik
saat menjalankan ibadah puasa. Mulai dari sahur, tarawih, iklan sirop,
iklan sarung, sampai iklan burung. Mie burung maksudnya.
Masa
keemasan saat menjalankan ibadah puasa itu emang pas waktu masih kecil, zaman
masih kecil itu kita kaya bebas aja, kaya nggak ada beban aja. Puasa nggak
puasa yang penting ikut ngeramein aja pokoknya.
Semakin
bertambahnya usia, gue semakin mengerti apa saja kebiasaan orang samarinda saat
dekat dengan bulan ramadhan, kegiatan unik yang biasanya dilakukan orang
Samarinda itu dimulai dari :
“San,
makanan khas Samarinda apaan sih?”
“ummm,
apa ya, kayaknya sih amplang”
“yaelah,
amplang mah disini juga banyak. Yang lebih Samarinda dong”
“apaan
yaa, youplang kali. Kan ada AMplang, mungkin ada YOUplang”
“….”
Ada banyak pertanyaan
yang terlontar waktu perkenalan dengan teman-teman baru di Universitas baru.
Pertanyaannya sih standart , biasanya seperti
ini,
Perkenalkan, nama gue
Jendi, tapi biasa di panggil Jen, kalo malam Jeni, kalo ditinggal suami
Janda. Cerita yang akan gue share ke kalian ini terjadi sekitar 12 bulan yang lalu. Gue ini adalah
anak rantau yang memegang erat budaya kampung. Bukan, bukan gue anak kampungan
gue hanya memegang erat budayanya.
Jadi, gue agak anti
sama produck elektronik seperti laptop dan hp. Tapi, karena gue harus merantau
dan meninggalkan kampung halaman. Mau nggak mau gue harus punya barang
elektronik. Jadilah gue membeli hp untuk bisa berkomunikasi dengan orang tua.
Karena alasan merantau
ini, gue dan keluarga pun pelan-pelan
meninggalkan budaya kampung. Kami yang biasa berkomunikasi melalui kentongan,
mau nggak mau harus menggantinya menggunakan hp. Karena nggak mungkin kalo gue
harus memukul kentongan untuk berkomunikasi dengan keluarga. Jarak kami cukup
jauh, gue di Jogja sementara keluarga di Somalia.
2 tahun yang lalu,
gue peranah menulis postingan tentang kesan pertama gue sebagai Mahasiswa baru
jurusan DKV di sebuah situs online. Waktu itu sepertinya gue orang pertama yang
menulis postingan tipe seperti ini. Postingan itu di share sebanyak 2.700 kali lebih. Hmmmmmm
Kemudian, setelah
melihat perkembangan postingan itu, gue jadi kepingin mempublish versi asli
dari tulisan ini. Karena waktu di share di situs online dulu, tulisan gue kena
editan dan lain-lainnya.
Tulisan ini adalah keresahan
yang gue rasakan sebagai MABA jurusan DKV, nantinya kalau sempat gue akan
membuat lanjutannya. Selamat menikmati.
Biar kalian nggak bingung. Baca cerita sebelumnya dulu disini. oke
Sore hari di tanggal
16 itu, kita rencananya mau meet up lucu gitu. kebetulan dia baru sampai Malang
jam 1 siang. Jadi, gue ngajak dia jalannya agak sorean aja biar dia bisa
istirahat dulu. Lumayan soalnya, jarak Magetan-Malang itu 6 jam kalau pakai
mobil travel.
Tepos, tepos dah itu pantat.
Gue kira dia bakal
nolak pas di ajak jalan, ehh ternyata malah iya-iya aja. Hmmm awal yang bagus
nih, gue percaya diri.
Jam 4 sore gue udah
siap-siap. Nggak tau kenapa gue selalu deg-degan kalo mau jalan pertama kali
sama cewe yang gue angap special. Selalu lama nge mix and match-in bajunya.
Padahal ya baju gue itu-itu aja juga. Bodoh sekali ya.
Pemilihan kata ‘kangen’ sebagai judul postingan di blog
emang terkesan labil. Apalagi gue udah bukan Anak SMA lagi, umur juga udah
bukan belasan lagi. Tapi, ya mau gimana lagi. Cuman kata ini yang menurut gue
pas banget untuk mewakili perasaan.
Kalo gue ganti
menjadi ‘rindu’ misalnya. Kesannya
kayak ini postingan bulan puasa. “rindu
ramadhan”, “rindu lebaran”, “rindu mantan” Pas, terasa enak di baca. Maka
untuk mewakili sebuah postingan masa lampau tentang persahabatan ini, gue memilih bilang kangen
mereka di banding bilang rindu mereka. Soalnya kalo bilang rindu berasa tua
banget hahahha.
Buat gue perjalanan
paling menarik itu adalah ketika kita bisa senang-senang dan gila-gilaan bareng
sahabat. Gak perlu malu mau norak-norakan, gak perlu jaim mau telanjang-telanjangan.
Seperti yang gue lakukan waktu liburan pertama semester satu dulu. Gue dan tiga
orang teman pergi secara random ke salah satu pantai angker di Malang.
Kita nginep disana,
kita terlantar disana, dan kita juga hampir dimakan hantu disana.
Gue kira itu adalah
perjalanan terbaik gue, yaitu pergi bersama teman terdekat dan menjadi gila
bersama. Tapi, semua jadi berubah ketika gue melakukan sebuah perjalanan baru.
Jadi begini *Nyeruput sianida*
“Ahh, nggak mau tau. Zaman
sekarang 20 ribu itu nggak bisa beli apa-apa mah,”
“Tapi mamah cuman punya uang
segini, sekarang kita udah nggak kayak dulu lagi Rona”
“Ya, tapi masa aku sekolah bawa
20 ribu. Bisa di pake apa uang segitu, beli Lem Rajawali aja cuman dapet 2
kaleng kecil”
“Sementara di pake secukupnya
dulu, rumah, kendaraan, pom bensin, bahkan panti pijet punya kita, sekarang
udah di sita Bank. Apartemen ini juga cuman tinggal 1 minggu lagi bisa kita
tempatin, setelah itu kita harus pindah dan cari kontrakan. kamu harus ngerti. Oh,
iya lemnya beli 1 kaleng aja, sisanya di beliin antimo sama kuku bima aja”
Pagi
itu, di sebuah apartemen, Rona dan mamahnya harus bertengkar kecil karena
masalah uang saku. Rona yang biasanya membawa segepok uang seratus ribuan di
dompetnya. Sekarang, mau tidak mau harus membawa 2 lembar uang pecahan sepuluh
ribuan.
Alasanya
tidak lain dan tidak bukan adalah kebangkrutan yang menimpah mamahnya. Semua aset
berharga mereka ludes, utang di bank menumpuk dan menggunung, sama tingginya
dengan tumpukan pakaian kotor di tempat laundry……..Laundrya Kandau. ITU LIDYA
KANDAU, BANGSAT.
14 Mei 2015 kemarin,
gue memutuskan untuk balik ke Samarinda. Pulang kampung, ketemu orang tua,
keluarga dan pacar tercinta. Karena gue kebagian pesawat pagi, otomatis mulai
dari subuh gue sudah harus bangun dan mempersiapkan koper yang maha gede dan tetek bengek
lainnya.
Gak tau nerveous atau gimana, tiba-tiba, di
subuh pagi yang dingin itu gue kebelet boker. Dari dalam kamar mandi, gue
mendengar Bayu sedang menerima telfon, gak tau dari siapa.
Setelah selesai, Bayu
langsung gedor-gedor pintu kamar mandi, kayak mahasiswa yang turun ke Jalan
buat demo kenapa harga sendal jepit bisa naik.
Buat
Firdaus, orang yang kayaknya kurang piknik dan hidupnya nggak keurus.
Izinkan
gue untuk berkata begini terlebih dahulu,
“gue nggak peduli lo orang mana?
lo anaknya siapa? Bapak lo namanya siapa, dan zodiaknya apa. Sumpah, gue nggak
peduli.”
Jadi,
buat apa lu sibuk-sibuk ngurusin hidup gue, ngurusin blog gue. Dan semua hal
tentang gue yang lainnya.
Gue
akan mulai semuanya dengan menunjukan mention di twitter yang isinya begini :
*joget-joget syahdu*
Biarkan
gue teriak sesuka hati dulu, demi merayakan sebuah kejadian yang maha hacep
ini.
*Haaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaah*
Iya,
gue kalo teriak emang cuman gitu doang. Datar, flat, percis kayak kondisi hati
sekarang ini.
Anyway,
gue bahagia banget, akhirnya semester 3 selesai juga. Lebih tepatnya adalah Uas
semester 3 selesai.
Rasanya,
tiap nambah semester tiap itu pula beban pikiran, tenaga dan jiwa gue bertambah
susah dan ribet.