Buat kalian yang
tinggal di Samarinda dan sering melewati jalan Ir. Djuanda, pasti banyak dari
kita yang mulai menyadari bahwa JUFFE atau Juanda Food Festival sudah tidak
ada lagi.
Nah, itu juga yang
gue rasain waktu pertama nyampe Samarinda, setelah lelah berjibaku dengan
segala tugas dan ujian di Malang.
Pertama nyampe di
café ini kita langsung disambut dengan desain yang hommy banget. Design
interiornya bikin kita nyaman dan betah buat berlama-lama disini. Walaupun
terkesan outdoor tapi café ini membawa suasana hommy yang kuat banget.
Apa yang melintas
diotak, ketika kata ‘terlambat’ muncul di hadapan.
Kecewa
kah ?
Menyesal
kah ?
Atau
malah kombo keduanya.
Rasanya seperti tak
ada lagi kupu-kupu yang berterbangan diperut. Mungkin ada binatang lain yang
sedang memporak-porandakan perut ini. Bisa kutu bisa pula komodo.
Waktu semester satu
dulu, gue dan teman-teman pernah membuat sebuah box kayu untuk tugas kampus. Tugasnya
adalah menyambungkan kayu-kayu yang menjadi bahan utamanya dengan paku.
Saat temen gue
mencoba untuk menyambungkan kayu yang satu dengan yang lain menggunakan paku,
dia tidak berhasil, pakunya bengkok dan hanya menghasilkan lubang.
Kemudian dia mencoba
lagi untuk memasukan paku yang berbeda melalui lubang yang sama tadi, berharap
pakunya bisa tembus dan menyambungkan kedua kayu yang terpisah tadi, dan
ternyata dia berhasil, kayu yang tadinya terpisah sekarang sudah menyatu.
Gue jadi berfikir,
ternyata menancakpan paku yang berbeda dilubang yang sama bisa berhasil. Mungkin
kasus ini bisa dipratikan dalam masalah percintaan.
Tidak semua yang kita
inginkan selalu berjalan sesuai dengan harapan. Sama seperti melupakan. Tidak
semua hal yang ingin kita lupakan bisa dilupakan begitu saja. Ada sebuah kapsul
memori didalam otak yang selalu berontak jika kita mencoba untuk melenyapkannya.
Apa yang lebih susah
dari semua hal yang diawali dengan kata ‘terpaksa’.
Gue nggak pernah
paham sama otak dan hati, dua hal ini tidak pernah memiliki rima yang sama.
Selalu ada bumbu pembeda diantara mereka berdua. Otak bilang ‘lupakan’ tapi hati berkata ‘jangan’
Otak bilang ‘cari yang baru’ tapi hati malah berkata
‘sabar, dia juga masih menunggumu’
kadang, ada sesuatu yang mau tidak mau harus dipaksakan, suka tidak suka harus
dilakukan. Iya, namanya melupakan. Lebih tepatnya adalah melupakan mantan.
Hallo semua, kalian
apa kabar ? semoga selalu baik. Tapi harus terus baik, kalo nggak baik ntar
nggak masuk surga loh. Kan cuman orang-orang baik yang boleh masuk surga. Nah,
untuk bisa jadi orang yang baik kalian harus punya kabar yang baik dulu, gitu.
Nah, sudah cukup
omong kosongnya. Sekarang gue nggak mau banyak cerita-cerita yang nggak berguna
lagi. Gue mau mengisi blog ini dengan hal yang sedikit bermanfaat, yaitu perihal
TUGASSS *Backsound – Tiupan sangkakala
Malaikat Isrofil*
Semester tiga ini,
rasanya berat banget. Tugas gue makin menggila. Walaupun gue cuman kuliah 3-4
hari doang seminggu. Tapi tugasnya itu loh, nggak pernah ada tombol pausesnya.
Sekarang di kampus
gue udah deket mau UTS, jadi mumpung masih sempet, gue mau share tugas-tugas
yang udah gue kerjakan selama setengah perjalanan di semester tiga ini.
“bu,
Laptop Ichsan abis kesenggol terus kebanting”
“loh,
kok bisa, jadi gimana?”
“ya
gitu, ini lagi di tempat service, kata orang servicnya, kemungkinan ada bagian
hardisk yg geser gitu.
“hmm,
coba di kasih minyak bintang san, siapa tau bisa kembali lagi”
“…”
3 hari lebih gue
dilanda kombo galau dan stress. Tugas-tugas belum selesai, laptop pake acara
kebanting, hardisknya pula yang kena. Monyet banget.
“yaelah,
kenapa tiba-tiba masuk Bios nih, Ini kenapa bay?”
gue nanya selow ke Bayu.
“ahh,
itu mah biasa, tekan F10 aja buat exit” Bayu memberi komando
singkat.
“ohh,
oke”
laptop gue pun keluar dari mode Bios dan berjalan sepperti biasa.
Hari kamis kemarin, gue
ada kelas Illustrasi. Sebuah mata kuliah yang
membuat gue lebih banyak berdzikir dibanding memegang pensil.
Gue adalah orang yang
dianugrahi skill gambar secara manual yang sangat minim dari tuhan. Sangking
minimnya, dulu, waktu semester satu ada mata kuliah sketsa, gue lebih banyak berdzikir dibanding latihan
gambar sket.
Untungnya dosen
sketsa gue nggak jahat, orangnya asik lah. Nggak suka ngejek-ngejek gambar yang
dihasilkan mahasiswanya. Gue sempat mikir
“kalo
dosennya begini, kayaknya gue ada harapan nih”
Pacar
: kamu nyadar sesuatu nggak, tentang kita ?
Gue
: tentang kita ?
Pacar
: ia, tentang kita. Kayaknya udah gak ada hal yang terlalu menarik lagi gitu
ya.
Gue
: maksud kamu? Kita udah nggak semenarik dulu lagi.
Pacar
: nggak gitu sih, eh, tapi ya gitu juga, ihhh binggung, pokoknya gitu deh.
Akan ada masa di mana
kita dan pasangan duduk berdua dan mulai bercerita tentang masa-masa yang lalu,
masa-masa masih saling curi pandang dan hanya tau sebatas nama. Masa-masa di
mana jalan berselisihan aja udah gemeteran dan jantung mau jeblos bahkan
ketuker sama anus.
Malam ini saya memasangkan headset ketelinga, kemudian
mensetting volumenya ke pilihan maksimal, kemudian mulai menscrool daftar lagu
yang saya miliki, dan tanpa sengaja ibu jari saya berhenti di lagu ‘Jar of
hearts’ dari Christina Perri.
Parahnya, lagu ini sangat mewakili perasaan saya sekarang
ini. Semakin lama terbawa dalam setiap
melodinya, semakin saya sadar bahwa
‘kembali’ kepada masalah itu adalah pilihan yang salah.
Tidak ada perpisahan yang berakhir dengan kebahagiaan. Hanya
kemasannya saja kita kuat, tapi di dalam semuanya seperti porak poranda di
terjang banyak luka.
Saya semakin yakin bahwa tidak ada alasan bahagia yang
dilandasi dengan ‘kembali’. Saya
meyakini bahwa hanya ada satu kebahagiaan yang bisa didapatkan dari kembali,
yaitu ‘tersakiti lagi’
Kamis kemarin (19-03-2015), gue dan temen-temen kampus
liburan ke jatim park 1. Beginilah kuliah anak desain, kalo bête dan jenuh sama
kuliah, ya kita liburan.
Hmmm, sebenarnya gak
gitu juga sih. Kebetulan aja minggu ini jam kuliah agak longar, lebih tepatnya tugas-tugas
kuliah agak minim. Karena dua mata kuliah yang bobotnya 3 sks pada nggak masuk
diminggu sebelumnya. Jadilah kita memanfaatkan mukjizat yang langka ini untuk
liburan.
Waktu lagi ngumpul
ngomongin mau ke jatim park 1, yang nimbrung banyak. Kenyataanya begitu tiba
hari-H yang ikut gak sebanyak di awal. Biasalah, dalam setiap perkumpulan
selalu ada mereka-mereka yang hanya semangat dibagian ngomongin mau kemana ? kapan ? sama siapa aja? Kemudian berakhir dengan wacana tanpa kabar.
Ada,banyak
Gue baru tersadar
bahwa alasan gue menulis adalah untuk mengeluh. Mengeluh tentang kenapa hidup
harus seberat ini, kenapa pacar terlalu susah untuk dimengerti, dan kenapa
jomblo semakin hari semakin menjadi-jadi.
Jika cara yang
dilakukan setiap orang untuk mengeluh berbeda-beda. Mungkin ada yang mengeluh
dengan berdemo, ada yang mengeluh dengan cara menjahit mulutnya, dan ada yang
mengeluh dengan cara menuliskan keluhannya. Ada pula yang hanya mengeluh dalam
hati, sepi dan disimpan sendiri.
Seharusnya tanggal 3
Mei adalah perkuliahan terakhir di kampus, malah untuk kelas gue tanggal 29
April itu UAS udah selesai, enak kan.
Rencana yang ada di
dalam kepala gue adalah. Tanggal 29 selesai UAS, tanggal 1 Mei langsung booking
tiket buat balik ke Balikpapan, tanggal 2 nya langsung ke Samarinda, ke rumah
tercinta, ketemu orang tua, teman dan ehem pacar.
Tapi, semuanya
benar-benar hanya rencana ketika ada sebiji mata kuliah yang harus di
selesaikan tugasnya melewati tanggal 29 April sampai 3 Mei.
Jika di dunia ini ada alat bernama hokimeter, mungkin tingkat ke-hoki-an
gue berada di angka 0 bahkan minus. Ia, gue adalah orang yang jarang, bahkan
gak pernah menang undian . Mulai dari undian jalan santai, undian ulang tahun
kota Samarinda sampai undian Nasional *Itu
ujian nasional woy* ohh beda yaa, oke sorry.
Gue masih ingat, nyokap pernah cerita, kalo dulu, zaman dia
masih suka ikut arisan di komplek rumah, dia nggak pernah mau masang arisannya
atas nama gue. Katanya, nama gue nggak bawa hoki, keluarnya selalu belakangan.
Yang nyokap pasang selalu nama kakak-kakak gue. Kan gue iri, gue kan juga
pengen nama gue di bacain di tengah
acara ibu-ibu yang lagi ngumpul ngocok arisan.
Hari minggu kemaren,
tepatnya tanggal 7 Juni 2015, gue dan
anak-anak sekelas zaman SMK dulu, mau bikin rencana ngumpul gitu, sekalian
datang ke acara reunian anak 90-an. Nama acaranya sih #Bringus90s. Seperti
biasa, seperti kebanyakan acara reuni anak SMK, entah SMA entah SMK, isinya
cuman wacana dan chat di group yang panjang buat ngatur ini itunya aja.
Pas hari H, sebiji
pun gue nggak ngeliat temen sekelas yang datang kesana. Gue malah ketemu dengan
teman-teman blogger Samarinda.
Sebagai anak kekinian gue lebih suka belanja online dibanding
harus pergi ke sebuah tempat perbelanjaan yang berbentuk fisik. Selain
barangnya banyak yang kembar, pilihan warna dan modelnya juga kurang variatif.
Terkadang gue harus bergreliya dari satu toko ke toko yang lain buat dapetin
barang yang gue mau.
Bergreliya dari toko ke toko pun nggak menjamin gue bisa
nemuin barang yang gue mau. Keselnya belanja ke toko yang berbentuk fisik itu,
kita udah keliling-keliling ke semua toko yang kita tahu, kaki udah segede
talas bogor buat jalan, tapi barang yang sesuai harapan dan selera nggak
kunjung kita temukan. Rugi di bayar parkirnya aja jadinya, kan kampret.
Mencari pacar itu
seperti mencari sebuah kost-kostan. Ada kala dimana kita menemukan sebuah
kostan yang bagus, rapih, nyaman dan menyamankan. Tetapi telah diisi duluan oleh
orang lain.
Ada lagi kostan yang
bagus, rapih, nyaman dan menyamankan, tetapi ‘jarak’-nya jauh dari kampus.
Ada juga kostan yang
tidak terlalu bagus, biasa-biasa saja, jaraknya pun tidak terlalu jauh tidak
juga terlalu dekat. Tapi sering kebagian padam air dan listrik.
Ada lagi kostan yang
pokoknya tempatnya nyaman dan harganya pas untuk kantong, tetapi sudah diisi
oleh dua orang. Mau ikutan masuk, tapi nanti jadi orang ketiga. Kasurnya cuman
dua, lemari ada dua, meja belajar juga cuman dua. Seluas apapun kostan itu,
nggak akan nyaman kalo status kita cuman sebagai orang ketiga. Suka gak
dipandang dan gak keliatan……soalnya mati lampu *krik*.
Menurut gue semua
orang yang menyandang status pacaran
dimuka bumi ini adalah mereka yang menganut konsep LDR, kenapa ? karena
semuanya jelas-jelas dihalangi jarak.
Tidak ada mereka yang
masih berstatus pacaran tapi sudah satu rumah dan saling memanggil satu sama
lain dengan sebutan ayah bunda. Emmm mungkin untuk kasus yang kedua sudah
sering terjadi.
Iya, semua orang yang
masih pacaran itu sesungguhnya adalah pelaku LDR, tanpa kalian sadari kita
semua adalah pelaku LDR, hanya saja seberapa jauh jarak yang ada dalam hubungan
kita yang membedakannya.
Sekarang sudah genap 7
bulan, sejak peristiwa hilangnya Mrs Violet dan sejak saat itu juga hidup gue
berangsur-angsur mulai berubah.
Semenjak nggak ada
violet gue jadi lebih jarang aktif di social media, gue jarang nge-path, jarang
menengok ask.fm dan jarang mandi, oke ini garing.
Banyak hal dalam
hidup gue yang tiba-tiba berubah drastis setelah ditinggal violet. Seperti
biasanya ketika bangun tidur gue langsung nyariin keberadaannya untuk sekedar
liat timeline twitter atau mengecek keberadaan orang-orang yang gue kenal lewat
path.
Udah lama gue nggak
ngomongin soal kuliah di blog. Udah lama juga gue nggak menghina dan membongkar
aib-aib terbaru teman-teman kampus.
Dulu waktu masih
awal-awal kuliah, semua anak-anak dikelas pada jaga imej. Simplenya tiap datang
ke kampus selalu tampil dengan setelan terbaik. Nggak ada yang mau sembrono, ya
paling adalah seberapa.
Sekarang, setelah
hampir setengah tahun bersama, sifat aslinya mulai keluar semua. Nggak ada lagi
yang namanya tampil maksimal waktu masuk kelas, semua apa adanya. Seakan-akan percakapan soal nggak mandi
bukanlah aib yang harus ditutup-tutupi
Kurasa tak perlulah
sebuah surat yang ditulis berlandaskan kekesalan ini harus dimulai dengan salam
yang puitis.
Kita pernah merayakan
kebahagiaan bersama dengan melewati malam bertabur bintang, hinga lupa bagaimana rasanya bangun
pagi dan merasakan teriknya mentari.
Aku menghargai
persahabatan kita dengan tidak merebut apa yang menjadi kebahagiaanmu. Dan kamu
pun harusnya berlaku demikian, tidak merebut apa yang menjadi kebahagaiaanku.
Kesini aja kalo mau baca cerita 1 dan 2 sebelum ini.
Setelah di usir dari
kos-kosan icut. Nadia memegang sebuah peta baru. Peta hasil coret-coretan
tangan Icut. Gue nggak tau peta itu akan
membawa kita kemana. Yang jelas sekarang perjalanan selanjutnya akan ditentukan
oleh peta itu, asik
Untuk membaca cerita
sebelumnya, bisa klik disini.
Ini adalah pagi
pertama gue di Jogja, seperti kebanyakan anak muda pada umumnya, gue
menghabiskan pagi itu dengan …… ngulet di kasur. Memang aktifitas yang sangat
tidak berguna.
Cuaca pagi di Jogja
dan Malang sangatlah berbeda, biasanya kalo dimalang gue nggak pernah tahan
mandi dibawah jam 8 pagi, soalnya airnya dingin kaya sikap gebetan yang nggak
peka-peka #ApaSihSan
Ampun deh, judulnya FTV amat yak.
22 Januari kemarin
umur gue pas 19 tahun, gak terasa gue udah 2 tahun meninggalkan angka 17, tua
juga tuh ya.
Seperti tahun-tahun
sebelumnya gue selalu dapat kutukan nggak pernah punya pacar waktu lagi ulang
tahun, setiap hubungan selalu kandas sebelum gue dan pasangan menginjakan kaki
di angka 22 Januari.
Sekitar seminggu yang lalu gue liburan ke Sidoarjo, kalo ada yang nggak tau tempat apa itu, intinya Sidoarjo
sempat terkenal ketika berita lumpur menyeruak ke media.
Disana gue nginep
ditempat temen, si Aden, orang yang jadi Ayah ketika gue liburan ke
Balekambang. Sebenarnya nggak ada rencana sama sekali waktu mau kesana.
Kejadiannya sama percis ketika gue mau liburan ke Balekambang.