Pemilihan kata ‘kangen’ sebagai judul postingan di blog
emang terkesan labil. Apalagi gue udah bukan Anak SMA lagi, umur juga udah
bukan belasan lagi. Tapi, ya mau gimana lagi. Cuman kata ini yang menurut gue
pas banget untuk mewakili perasaan.
Kalo gue ganti
menjadi ‘rindu’ misalnya. Kesannya
kayak ini postingan bulan puasa. “rindu
ramadhan”, “rindu lebaran”, “rindu mantan” Pas, terasa enak di baca. Maka
untuk mewakili sebuah postingan masa lampau tentang persahabatan ini, gue memilih bilang kangen
mereka di banding bilang rindu mereka. Soalnya kalo bilang rindu berasa tua
banget hahahha.
Buat gue perjalanan
paling menarik itu adalah ketika kita bisa senang-senang dan gila-gilaan bareng
sahabat. Gak perlu malu mau norak-norakan, gak perlu jaim mau telanjang-telanjangan.
Seperti yang gue lakukan waktu liburan pertama semester satu dulu. Gue dan tiga
orang teman pergi secara random ke salah satu pantai angker di Malang.
Kita nginep disana,
kita terlantar disana, dan kita juga hampir dimakan hantu disana.
Gue kira itu adalah
perjalanan terbaik gue, yaitu pergi bersama teman terdekat dan menjadi gila
bersama. Tapi, semua jadi berubah ketika gue melakukan sebuah perjalanan baru.
Jadi begini *Nyeruput sianida*
“Ahh, nggak mau tau. Zaman
sekarang 20 ribu itu nggak bisa beli apa-apa mah,”
“Tapi mamah cuman punya uang
segini, sekarang kita udah nggak kayak dulu lagi Rona”
“Ya, tapi masa aku sekolah bawa
20 ribu. Bisa di pake apa uang segitu, beli Lem Rajawali aja cuman dapet 2
kaleng kecil”
“Sementara di pake secukupnya
dulu, rumah, kendaraan, pom bensin, bahkan panti pijet punya kita, sekarang
udah di sita Bank. Apartemen ini juga cuman tinggal 1 minggu lagi bisa kita
tempatin, setelah itu kita harus pindah dan cari kontrakan. kamu harus ngerti. Oh,
iya lemnya beli 1 kaleng aja, sisanya di beliin antimo sama kuku bima aja”
Pagi
itu, di sebuah apartemen, Rona dan mamahnya harus bertengkar kecil karena
masalah uang saku. Rona yang biasanya membawa segepok uang seratus ribuan di
dompetnya. Sekarang, mau tidak mau harus membawa 2 lembar uang pecahan sepuluh
ribuan.
Alasanya
tidak lain dan tidak bukan adalah kebangkrutan yang menimpah mamahnya. Semua aset
berharga mereka ludes, utang di bank menumpuk dan menggunung, sama tingginya
dengan tumpukan pakaian kotor di tempat laundry……..Laundrya Kandau. ITU LIDYA
KANDAU, BANGSAT.