MULAILAH TERTAWA SEBELUM KALIAN PUBER

Perjuangan Membuat SIM

Sebenarnya sudah lama gue ingin menulis soal ini. Yha, prihal pembuatan SIM. Sewaktu liburan semester kemarin, karena nggak ada kerjaan dan gak punya kesibukan yang berarti juga, akhirnya iseng-iseng gue pengin bikin SIM. Perkiraan gue bikin SIM C dan SIM A pasti nggak berbeda jauh. Berbekal pengalaman waktu bikin SIM C yang memang hanya membutuhkan waktu satu hari (tanpa nyogok). Gue pun mantab untuk meneruskan rekor itu.

“hari ini harus langsung jadi”

Kalimat itulah yang gue ucapkan ketika baru bangun tidur dan bersiap pergi ke kantor polisi. Jarak dari rumah ke kantor polisi itu cukup jauh, gue harus menyebrangi sungai dan melewati gunung. Gunungnya kebetulan bukan gunung kembar seperti yang ada di otak kalian.


Sampai di kantor polisi keadaan cukup aman (YA MASA SIH, SAN?) tidak ada tanda-tanda akan adanya kejahatan di kantor polisi waktu itu. Gue pun dengan pedenya memasuki ruangan bagian pembuatan sim.

Gue cukup heran, tumben banget ruang pelayanan sim sepi begini, cuma ada beberapa orang yang duduk sambil memegang nomor antrian. “Ini gue nggak  salah ruangan kan” gue bertanya kepada diri sendiri. Gue pun mempercepat langkah kaki, menelusuri berbagai banyak papan informasi yang tertempel dihampir setiap sudut ruangan. Ada yang berisi informasi tata cara pengurusan sim. Ada yang isinya peringatan prihal:

“yang disuap dan menyuap sama-sama masuk neraka”

Ada pula pemberitahuan tanda yang tidak asing buat gue “Toilet Belok Kanan” wah itu papan informasi yang berguna sekali, tuh.

Sehabis dari toilet. Iya, gue beneran ke toilet dulu. Makanya tadi gue bilang informasi toilet ini penting sekali. Gue langsung mendatangi sebuah meja petugas kepolisian untuk minta duit, YA ENGGAK LAH. Gue memeperhatikan si bapak polisi sebentar, lencana yang digantung dikantung bajunya mengkilat begitu pekat. Pantulan lencana yang terkena sinar matahari itu cukup menyilaukan mata gue. Karena kesilauan gue pun jadi males ngurus sim. YA NGGAK GIITU JUGA, WOY!

“ada yang bisa dibantu, mas” tanya pak polisi.

“oh, iya ini pak, kalo mau bikin sim syaratnya apa aja, ya” gue menjawab pertanyaan pak polisi dengan tegap dan tegas, biar menimbulkan kesan ‘oke juga nih cowok’.

Bapak itu kemudian menatap mata gue, setelah cukup lama terdiam dia mulai mengayunkan tangannya seperti menunjuk sebuah papan informasi, sambil berkata “ silahkan dibaca papan yang di sana, mas”. Itu yang diucapkan polisi lewat mulut. Dalam hati mungkin dia ngomong “PUNYA MATA NGGAK LO. ITU KAN UDAH ADA PAPAN INFORMASINYA!!!”

Sambil membaca papan informasi itu, bapak polisi tadi pun memberitahu gue info yang cukup penting. “Mas mending pulang dulu, bikin surat kesehatan terus lengkapi data-data yang dibutuhkan, habis itu besok ke sini lagi.”

“loh, hari ini aja nggak bisa ya pak?” gue bertanya keheranan.

“wah, udah nggak bisa mas. Satu hari jatahnya hanya 200 blangko sim baru” tungkas pak polisi.

‘oh, gitu. Pagi-pagi ya berarti pak. Harus pagi banget gitu ya?” gue bertanya lagi.

“oh iya, mas. Harus pagi. Jam 7 kalo bisa sudah di sini” pak polisi kembali menjelaskan, mukanya langsung tegas. Urat-urat dilehernya mencuat dan berbicara dengan mata melotot  Seakan-akan kalo gue nggak datang jam 7 pagi gue bakal dibuang ke Uganda.

“oke pak. Makasih” jawab gue pelan.

“iya, sama-sama”

Setelah beberapa langkah meninggalkan meja kerja pak polisi dan hendak menuju pintu keluar, gue jadi ingat sesuatu. Sesuatu yang penting, yang hampir saja lupa ditanyakan. Gue pun balik badan dan menghampiri si bapak sekali lagi. Kedua tangan gue taruh di atas meja, pak polisi juga melakukan hal yang sama. Tangannya secara reflek melipat di atas meja pércis di depan tangan gue.

Sambil menatap pak polisi dengan tampang yang cukup ngotot dan juga bingung, gue pun membuka mulut dan bertanya:

“blangko itu apa ya, pak?”


Ke-esokan harinya gue pun siap bertempur bersama 200 orang yang lain untuk membuat sim. Malam hari sebelumnya gue sudah memepersiapkan syarat-syarat yang wajib di bawa jika hendak membuat sim baru. Agar postingan ini terkesan mengedukasi, akan gue beri tahu kepada kalian. “Apa aja sih syarat yang dibutuhkan kalo mau buat sim? Here we go.

1. FC KTP. (FC maksudnya Foto Copy, bukan Footbal Club. Itu beda.)
2. FC Kartu keluarga
3.  Surat kesehatan dari dokter/puskesmas
4. Foto 3x4 tiga lembar
5. Uang tunai sebesar 120.000. ingat uang tunai bukan uang monopoly
6. Dan ketahanan fisik yang prima

Karena demi tuhan teman-teman membuat SIM dihari libur itu adalah sebuah kesalahan besar. Jadi ketahanan fisik ini perlu sekali. Nanti akan gue ceritakan bagaimana ketahanan fisik ini berguna. Bersabarlah.

Esok hari pun tiba, pukul 6 pagi gue sudah siap menuju kantor polisi, gue sempat mikir di jalanan, kalau pak polisi aja nyuruh jam 7 pagi, mungkin orang lain pada datang agak siang kali ya. Apa banget juga datang ke kantor polisi pagi-pagi buta.

Berbekal asumsi pribadi itu gue pun memacu motor dengan santai, menikmati udara pagi kota Samarinda, merasakan nikmatnya wajah yang bertabrakan dengan embun. Sungguh nikmat, sungguh damai. Gue jadi ingat zaman SMK dulu. Tiap hari melakukan rutinitas ini.

Kegiatan naik motor pagi-pagi begini sebenarnya asik kalo dinikmati dengan cara yang tepat. Sayangnya saat SMK pikiran gue selalu mengarah kepada “anjir, telat udah nih, mampus gue, mampus” hasilnya kenikmatan berkendara itu nggak pernah benar-benar gue rasakan. Nggak pernah benar-benar gue nikmati. Pikiran gue selalu diselimuti dengan doktrin-doktrin negatif dan bejat teman-teman SMK. Ahh, menjijikan sekali ya bahasa gue ini.

Sampai di kantor polisi, begitu motor memasuki area parkir gue merasa kayak ada yang beda. Ada yang beda dengan tempat ini. Tempat yang kemrin gue kunjungi tidaklah seperti ini. Kemarin suasananya begitu damai, begitu tenang. Tapi, sekarang. Motor berhamburan di mana-mana. Antrean di depan pintu bagian pembuatan SIM mengular begitu panjangnya. Begitu padatnya.

“ya ampun, itu manusia semua kah.”

Hanya kalimat itu yang gue ucapkan begitu menaruh helm di stang motor dan melangkahkan kaki keluar dari parkiran dan menuju gerombolan manusia. Mengikuti antrean manusia lainnya yang sungguh luar biasa banyaknya.

Pintu tempat pengambilan map untuk meletakan berkas yang kita bawa aja belum dibuka. Tapi, orang-orang udah ngantre begini panjangnya.

“saya dari jam 6. Jam 6 udah rame tadi, buk”

“tadi saya kira jam segini siapa yang mau datang ke kantor polisi. Ternyata banyak, ya”

Gue mendengar percakapan dua ibu-ibu yang saling curhat. Mendengar jawaban dari ibu-ibu yang terakhir, gue jadi ingat asumsi sendiri. sungguh sebuah ingatan yang tidak penting.

Nggak lama datang seorang pemuda. Gue taksir umurnya sepantaran dengan gue. Gue melihat ke arahnya, wajahnya ditutupi dengan masker yang bentuknya mirip seperti masker penjahat, dan bermotif terngkorak. Gue jadi menaruh keraguan dan kesemasan dengan orang ini. Akhirnya kita berdiri berseblahan tapi diem-dieman.

Ini adalah momen yang sebenarnya nggak gue suka. Berdiri berseblahan dengan stranger yang dari penampilannya mencurigakan. Karena masker yang masih menempel di mukanya itu, pikiran gue jadi mengkhayal kemana-mana. Ditambah motif maskernya itu berupa tengkorak. Membuat gue semakin berfikir yang tidak-tidak.

Pasti penjahat

Penjahat klamin nih

TOLONG ADA PENJAHAT!!! (wadaw, punchnya gini amat, San)

Setelah kurang lebih 30 menit mengantre, pintu akhirnya dibuka. Mereka yang antre di depan berebut dan berjubel untuk masuk ke ruangan. Orang-orang yang antre dibelakang gue tiba-tiba ikutan maju kebarisan depan dan berusaha ikut masuk.

Gue Bingung.

Akhirnya gue memilih… YA IKUTAN MAJU LAH. Antrean gue udah di serobot gini, masa gue diem-diem aja. Gue dan penjahat yang pake masker tengkorak itu langsung ikutan maju. Sayangnya gue nggak berhasil masuk sampai ke dalam ruangan. Gue gugur. Keadaan terlalu berbahaya. Ada orang yang mencoba masuk tapi keluar lagi. Dia nggak tahan dengan “body-body”-an yang dilakukan di dalam ruangan. Sepertinya orang yang berhasil masuk ke sana hanyalah tipe manusia yang tangkas bermain rugby.

Gue mah apa, main gundu aja lemes.

Akhirnya gue dan orang-orang lemah lainnya menunggu di luar. Seperti orang bodoh, kami nggak tahu harus ngapain. Sampai akhirnya, sebuah dewa penyelamat datang. Sesosok manusia yang diutus dari surga, datang menyelamatkan kami. Orang itu adalah:

Penjahat dengan masker tengkorak tadi.

Tiba-tiba dia keluar dari jendela.

ia dari jendela.

Sekali lagi.

Dari jedela ruangan kantor polisi.

Lebih keras.

DI KANTOR POLISI DIA KELUAR LEWAT JENDELA.

Gue dalem hati cuman bisa bilang:

“Dewa nih orang”

Setelah mendarat dengan selamat di bumi, dia langsung sebar-sebarin map yang dia curi dari dalam ruangan. Sambil membanggikan map itu dia berkata:

“bacalah”

Tidak-tidak, dipikir dia malaikat Jibril apa. Orang itu cuma bilang:

“nih, nih. Siapa lagi yang belum kebagian?”

Dengan semangat membuat sim yang menggebu-gebu, gue langsung menhampiri si penjahat bermasker tengkorak dan meminta satu map. Tanpa melihat ke arah gue, tanpa menatap kedua bola mata gue, dia ayunkan tangannya, diambilnya sebuah map berwarna biru bermotif khas polisi itu. Tangan gue pun dengan lugunya menengadah bersiap menerima.

Tiga detik kemudian, voillaaa, satu map telah berpindah dari tangannya ke tangan gue. Tanpa kata-kata, tanpa pesan, hanya angin yang mengisi perpindahan map diantara punggung tangan kita.

Romantis sekali.

….


To be continued …

29 KOMENTAR

  1. Udah punya motor dan sering pergi2 tapi belum juga sempet bikin SIM karena alesan yang sepele, takut antrinya lama hufffft.

    ReplyDelete
    Replies
    1. Dan ketakutan mu itu memang benar adanya. antrenya lama beud. Asli

      Delete
  2. Pas gue bikin SIM dulu, langsung ke bagian penjelasan teori. Mungkin karna gue telat. Dan pas tes, cuma gue yg lulus. Ini sesuatu bgt.

    Dan, apakah tanya siapa yg pake masker itu? Curiga Kakashi deh itu.

    To be cont... Apa tadi?

    ReplyDelete
    Replies
    1. Pasti ada kong kalikong ya antara lo dengan petugasnya ? ngaku?

      anjayy kakashi.

      Delete
  3. hehe butuh perjuangan ekstra untuk mewujudkan impian, loh kok mimpi sih? emang lagi tidur apa hehe
    ternyata oh siapa itu yang pakai masker tengkorak? penasaran juga , dewa turun dari jendela haha

    ReplyDelete
    Replies
    1. Kyaknya untuk hal apapun berlaku itu 'perjuangan' nggak cuman buat ngejar mimpi. Bikin SIM pun harus melewati perjuangan.

      sedappp

      Delete
  4. pengen buat tulisan yg lucu-lucu gini, tapi apa daya otak *belum* mampu :(.

    Yang bagian mau pergi terus balik lagi dan tanya "pak, blangko itu apa ya?" ngakak sumpah XD....

    ada typo sepertinya bang, atau emang sengaja. MANUSAI ---> Sesosok ""manusai"" yang diutus dari surga, datang menyelamatkan kami.

    ReplyDelete
    Replies
    1. Gak nemuin typo di postingan iksan itu salah satu tanda kiamat. Jadi biasa aja kalo nemu typo, ya.

      Delete
  5. BIKIN SIM RUSUH AMAT ANJER.

    Di Balikpapan bikin sim mah biasa aja, antre tapi gak sampe rebutan blanko gitu :))

    ReplyDelete
  6. Mas-mas penjahat bermasker itu kayaknya tipe-tipe orang ayng romantiss kali ya kalau dipacarin.

    oh iya, mau nanya. ini berati mau bikin SIM A kan ya? cuma memastikan. wqwqwq

    kalau ngantri2 di tempat instasi2 pemerintah gini jadi inget pas ngantri bikin E-KTP. ngantri dari jam 9 pagi sampe jam 8 malem...

    ReplyDelete
    Replies
    1. Wah, gue belum berani menyimpulkan kalau soal itu.

      Yoih, SIM A.

      Busett, masa KTP doang sampai selama itu.

      Delete
  7. Penggambaran mas-mas di sini sok cool ya bahaya ini takut banyak yg suka. Eh, btw, muka mas-masnya pas maskernya dilepas ga mengecewakan ya?

    Pengen bikin SIM tapi ada pemikiran yg menghantui 'nanti kalau bikin SIM bolak-balik terus lagi' lah ogah kalau gitu mah.

    ReplyDelete
    Replies
    1. gue nggak berani menggambarkan mukanya gimana. Takut hal-hal yang tidak diinginkan terjasi. Kan repot.

      Sebuah pemikiran yang *isi sendiri*

      Delete
  8. Harusnya bilang makasih sayang udah ngambilin mapnya buat akuh ke mas2 bermasker
    Ya siapa tw bisa jadian
    Kan lebih romantis
    Trus makan bareng, berangkat kerja bareng, tidur bareng
    Oh so suit

    ReplyDelete
    Replies
    1. *sebuah fantasy yang cukup mengerikan*

      TIDUR BARENG, GUNDULMU!

      Delete
  9. hehe....ganteng-ganteng bloon seperti itulah kiranya yang dipikirkan pak polisi yang nunjuk papan pengumuman nyuruh dibaca...hadeuh...saya farah, ternyata mang admin lebih farah lagi

    ReplyDelete
    Replies
    1. Perkataan itu tergambar dari tatapan pak polisi sih keknya.

      Iya, farah abis nihh

      Delete
  10. mungkin kalo sendirian aku akan ngalamin yang sama kayak kak ichsan. dulu pas buat sim dianterin sodara. dsruh poto keluar poto dapet sim. satu minggu kemudian aku kecelakan naek motor. hebat

    ReplyDelete
    Replies
    1. Walah, kalo abis poto langsung dapat SIM, itu mah nyogok keknya wkwkwk.

      sebuah pesan moral, karena nyogok sim jadi kecelakaan kan. hmmmm

      Delete
  11. BIJI-BIJIAN SELENGEK! ITU KENAPA WEH ADA KISAH CINTA ANTARA AYAM KAMPUS SAMA PENJAHAT KELAMIN? KAN AKU MAU JUGA SEROMANTIS ITUUUUUUU. KENAPA NGGAK SEKALIAN KALIAN TRISAM SAMA POLISINYA JUGAAAAA. KARENA SIM. Sendiri Itu Menyakitkan.

    Btw soal masker tengkorak, aku dulu sempat kepengen beli masker kayak gitu lho, San. Kayaknya keren aja gitu. Badass! Tapi sekarang ku pengen beli masker kayak Awkarin aja ah. Itu, yang mata sama bibirnya doang keliatan kayak kuda dokar.

    ReplyDelete
    Replies
    1. MULUT DIJAGA!!!

      yha, pemikiranmu memang anak samarinda sekali, cha. Nggak heran sih lo mau beli masker motof begituan.

      Delete
  12. Hahahahahahaha rusuh amat deh itu samarinda. Emang kesejahteraan belum merata sih ya. *belagu abis


    Tapi satu hal yang ingin gue tanyakan mengenai tata cara pembuatan sim ini. Pertanyaan itu adalah: "berbimanucara maksudnya apaan san?'

    ReplyDelete
  13. Belum lagi tahapan2 tes nya san, rasanya mau nyembah matahari, apalagi kalo terik. 😂

    ReplyDelete

Terima Kasih buat kalian yang udah mau ninggalin komentar. Nggak perlu nyepam atau tebar link buat dapat feedback dari gue. Cukup rajin kasih komentar gue pasti bakal kasih feedback balik. Kalian senang gue juga Senang, double deh senangnya ^^

Yang Ngetik -@Ichsanrmdhni