Sebelum kalian tersesat
lebih jauh, ada baiknya baca postingan sebelumnya di sini. Biar nggak hilang
arah. cukup ‘dia’ aja yang hilang-hilangan. Baca cerita gue jangan.
***
Mungkin kalian pikir,
perkara membuat SIM ini terdengar gampang dan biasa aja. Ini memang belum
seberapa, perjuanggan yang sesungguhnya barulah akan dimulai.
Map sudah ditangan. Karena
bingung harus gue apakan map dan data-data yang udah dibawa ini, gue pun
melihat-lihat ke arah orang-orang yang juga sudah mempunyai map. Dan ternyata
kita semua sama. Sama-sama bingung.
Tidak berapa lama, ada
seorang bapak-bapak yang langsung duduk di sebelah gue, kebetulan gue duduk di
atas sebuah meja beton. Ummm bukan meja juga sih, ini semacam pot bunga tapi
dari beton, cukup tinggi, makanya mirip meja. Pot ini memanjang searah dengan
luas bangunan pembuatan sim ini.
Bapak itu langsung
mengeluarkan mapnya dari dalam tas. Gue dalam hati cuman mikir:
“Magic banget ini bapak-bapak, nggak antre nggak apa, tau-tau punya
map aja. Goks.”
Karena penasaran, gue
tanya lah si bapak ini:
“antre jam berapa tadi, pak?”
“oh, saya baru datang, mas”
Tuh kan, bener dugaan gue,
bapak ini pasti tukang sulap. Gue nggak ada liat dia soalnya dari tadi pagi,
tapi baru datang dari parkiran motor dan tahu-tahu keluarin map dari dalam tas,
apa nggak magic banget tuh.
“loh, kok udah dapet map,
pak? Ngambil di mana”
“oh, saya antre mapnya
kemarin mas, karena capek, kemarin saya pulang dulu, terus lanjutin lagi hari
ini hehehe” sambil tersenyum dan tertawa
kecil bapak itu terus melanjutkan kegiatannya mengisi data di map.
Gue cuman bisa menelan
ludah mendengar pengakuan dari bapak ini. Dia kemarin datang ke kantor polisi.
Pagi-pagi buta. Cuman untuk antre map. Abis itu dia pulang karena capek. Luar
biasa.
Inilah alasan kenapa kita
harus punya ketahanan fisik yang prima saat mengurus sim. I told yha.
Gue langsung mencontek apa
saja yang dilakukan bapak ini. Ternyata kita tinggal masukin berkas yang kita
bawa dari rumah, terus ditaruh lagi ke dalam ruangan kantor polisinya. Nanti
berkas kita akan dicek. Apakah sudah lengkap atau belum. Kalau belum harus
dilengkapi dulu dan harus berjubel dan ngantre lagi.
Dari step inilah, gue merasakan daya tahan tubuh gue mulai menurun.
Untuk menaruh berkas di meja polisi itu kita harus berdesak-desakan dengan puluhan bahkan ratusan orang yang
kepentingannya sama. Sementara ruangan kantor polisi itu nggak gede.
Biar nggak ribet dan
postingan ini terkesan mengedukasi lagi, gue beri tahu step by step penyerahan berkas saat bikin sim. Here we go:
- Setelah punya map. Masukan berkas-berkas yang sudah kita bawa sebelumnya (surat kesehatan, fc ktp, fc kk, dan foto berwarna ukuran 3x4)
- Survive-lah untuk masuk diantara kerumunan manusia untuk menaruh map berisi berkas.
- Setelah berhasil menaruh map. Kalian jangan senang dulu. Kalian harus menunggu lagi berkas kalian diperiksa. Saran gue kalian mending nunggu di luar aja, karena pengecekan ini lama banget.
- Jika kalian menaruh berkas pukul 7 pagi. Pemeriksaan baru selesai sekitar jam 9. Nah, waktu polisi udah ngumumin berkas yang lolos, di dalam berkas kalian akan diberi blangko pembayaran.
- Kalo udah, kalian diminta
untuk bayar ke
Polisibank. Nggak perlu repot nyari bank. Karena tepat di sebelah meja polisi itu ada ruangan kaca yang dihuni oleh teller bank. Kita bayarnya di situ aja. Dan yha, harus ngantre dan berjubel-jubel lagi. - Tunggu sampai nama kalian dipanggil oleh teller banknya. Setelah itu bayar, dan taruh lagi map di meja polisi yang tadi untuk dimasukan blangko permohonan pembuatan sim baru atau perpanjang sim.
- Itu taruh mapnya ya harus survive dan berdesak-desakan lagi, loh ya :).
- Setelah map udah ditaruh, tunggu lagi. Nanti nama kita dipanggil untuk mengambil map dan mengisi form-form yang ada di dalam blangko. Saat mengisi blangko mending kalian keluar dulu dari ruangan, karena ribet ngisi di dalam. Banyak orang-orang rese yang nggak pernah makan bangku sekolahan.
- Selesai mengisi. Seperti biasa, kalian masuk lagi ke dalam kantor polisinya. Survive lagi untuk menaruh map yang udah dilengkapi dengan blangko pembayaran dan blangko formulir.
- Nah, kalau sudah distep ini, kalian jangan keluar ruangan lagi untuk nunggu nama dipanggil, karena setelah pemeriksaan terakhir ini, kita udah langsung dapat nomor antrean untuk foto.
- Setelah dapat nomor antrean untuk foto barulah hidup akan terasa lebih tentram dan bewarna lagi, karena proses berjubel dan survive baru saja telah kita lewati. Horee.
Setelah dapat nomor
antrean awalnya gue senang. Akhirnya udah nggak perlu survive dan berdesak-desakan lagi. Tapi, semua kesenangan itu.
Semua rasa lega itu, tiba-tiba saja menguap ke udara saat gue melihat nomor
antrean yang gue dapat.
Tertulis angka 84 dikertas
kecil bewarna putih berukuran persegi itu.
Kemudian gue melihat ke layar
penunjuk nomor antrean yang sedang dipanggil. Hal ini gue lakukan berkali-kali
untuk memastikan bahwa mata gue masih normal, dan angka yang ada dilayar itu
bukan rekayasa telematika.
“gue memegang nomor
antrean 84”
“Sedangkan dilayar
menampilkan angka 14”
Gue dapat nomor antrean ke
84 sementara yang dipanggil foto baru nomor 14.
GUE HARUS MENUNGGU 70
ORANG SEBELUM TIBA GILIRAN GUE DIFOTO.
Apa-apaan ini.
Karena bête akhirnya gue
memutuskan untuk ke toilet dulu, cuci muka dan basahin rambut biar agak segeran
pas difoto. Beres dari toilet gue langsung menuju kantin di area kantor polisi.
Awalnya pengin makan ‘berat’.
Tapi, nanti takutnya pas ujuian teori gue kebelet boker, jadi gue memutuskan
untuk beli minuman aja.
Sebotol air mineral sudah
menjadi teman gue untuk mengantre menunggu giliran foto ini. Sambil menunggu
gue sesekali memperhatikan orang-orang yang nasibnya nggak jauh beda kaya gue.
Sama-sama nunggu.
Ada seorang bapak-bapak
yang dengan terampilnya memeberi wejangan kepada beberapa anak muda. Gue taksir
anak muda ini adalah anak-anak SMA yang baru dibolehin bawa motor ke kota sama
orangtuanya.
Bapak ini menjelaskan
bagaimana caranya menjawab soal ujian teori, dan bagaimana menjaga keseimbangan
di atas motor saat ujian praktik. Penampilannya begitu meyakinkan. Sepertinya sekumpulan
anak muda SMA ini sudah memilih orang yang tepat.
Karena masih bingung mau
ngapain. Akhirnya gue jalan-jalan ke luar area ruangan pembuatan SIM. Gue jalan
ke lapangan tempat ujian praktik dilakukan. Baik yang roda dua atau roda empat.
Karena gue mau bikin SIM
A. Otomatis yang gue perhatikan cuman orang-orang yang pake mobil. Skemanya
hampir mirip sama ujian motor. Kita boleh pake kendaraan pribadi atau kendaraan
yang udah disiapkan kantor polisi.
Cukup lama gue
memperhatikan orang-orang yang sedang latihan. 45 menit gue di situ, satu orang
pun nggak ada yang langsung lulus. Rata-rata gagal waktu bagian mobil berjalan
mundur. Kayaknya emang pas mundur ini PR banget, soalnya kita nggak boleh
nenggok ke belakang. Cuman ngandalin kaca spion tengah, kiri dan kanan.
Karena gue cuman nonton
dan belum nyobain sendiri akhirnya dalam hati gue bilang:
DASAR CEMEN, MASA GITU AJA
NGGAK BISA. CIH.
Yha, sebagai pemula yang
belum pernah mencoba ujian praktik SIM, omongan gue emang ‘tabok-able’.
Nggak lama setelah itu gue
kembali ke ruangan ujian SIM. Melihat ankga yang ditampilkan dilayar besar itu.
Nggak terasa layar sudah menampilkan angka 75. ‘wahh dikit lagi giliran gue
nih’ setelah itu gue ke toilet lagi, mencoba cuci muka dan basahin rambut untuk
yang ketiga kalinya. Berfaedah sekali ya kegiatan gue ini.
Sekitar 10 menit kemudian
tibalah giliran gue. Ternyata peserta yang dipanggil langsung lima orang.
Makanya terasa cepat. Kalau satu orang aja mungkin gue harus menunggu Boy Anak
jalanan hidup lagi baru bisa difoto.
Suasana di dalam ruangan
foto beda banget sama di luar. Di sini dingin dan nggak ada yang namanya
desak-desakan. Satu persatu peserta dipanggil kembali untuk menuju kursi yang
di depannya sudah ada tripod lengkap dengan kamera SLR.
Sambil menunggu, ada
kelakuan satu polisi absurd yang nggak jelas banget. Dia melakukan ini pada
peserta pembuatan SIM:
Sang polisi sibuk mengotak
atik kamera SLR, memebtulkan lensanya, mengecek fokusnya dan dengan perlahan
menekan tombol shutter.
‘siap mba, satu, dua
JEPRETTT’ yahhh, sang polisi mengeluh
‘sudah pak?’ tanya si mba.
‘oh, belum, masih blur
nih. Sakali lagi, ya. Satu, dua, JEPRETT’ jawab sang polisi.
‘Gimana pak, udah bagus
yang ini.’ Si mba bertanya lagi.
‘nah, ini udah bagus mba.
Tapi…’ suara pak polisi tiba-tiba terputus.
‘tapi kenapa, pak? Masih
jelek ya?’ si mba bertanya keheranan.
‘tapi…. mba nya foto
sekali lagi ya. Pake kamera hape saya eheheheheh’
‘…’
Mendengar convo nggak
jelas di ruangan kecil seperti ini yang bisa di dengar oleh semua orang, gue jadi bingung sendiri. Mau ketawa atau bakar
api unggun. YA NGAPAIN JUGA BAKAR API UNGGUN, WOY.
Jokes bapak polisi itu
membuat konsentrasi semua orang buyar. Dari yang awalnya lelah karena udah
menunggu, setelah mendengar jokes itu jadi lelah banget, males bangkit dan butuh
paramex.
To be continued…
ps: semua step by step yang gue kasih itu nggak selamanya mutlak. Karena segala sistem di kantor polisi bisa berubah seiring perkembangan zaman dan sistem itu juga cuman berlaku di kantor samsat daerah Samarinda. jadi, jangan dipukul rata ya. Ubah sudut pandang anda. Terima kasih.
#Cerita
ps: semua step by step yang gue kasih itu nggak selamanya mutlak. Karena segala sistem di kantor polisi bisa berubah seiring perkembangan zaman dan sistem itu juga cuman berlaku di kantor samsat daerah Samarinda. jadi, jangan dipukul rata ya. Ubah sudut pandang anda. Terima kasih.
14 KOMENTAR
Dapet dah tuh pak polisi foto mba2 cantiknya
ReplyDeletePak polnya ga sekalian minta nomor hape mba2nya?
ini lanjutan yg cerita bikin sim kemarin ternyata to XD
ReplyDeletekirain nomer antriannya 86 *lah itu mah acara polis-polisi yg ada di tipi
Lah di tempat lo belom tes kok udah main foto2 aja sih? Rusuh juga ya. Kalo udah foto terus nggak lulus gimana? ._.
ReplyDeleteLah kok ribet ya? Di Balikpapan gak seribet ini.
ReplyDelete1. Ke loket pembayaran, serahin segala syarat (surat kesehatan, foto copy ktp dll), dapet bukti pembayaran
2. Serahin bukti pembayaran ke loket sebelahnya, dikasih formulir buat diisi
3. Kalo udah isi, kasih ke loket sebelahnya, ntar dipanggil untuk diserahin map yg udah dicek
4. Foto
5. Tes
6. Sim jadi (kalo lolos tes)
Gue gak pernah tes dan ngurus2. Ujuk2 muncul SIM dateng ke rumah. Wkwkwk
ReplyDeletegimana tuh caranya?
DeleteItu bapak polisi bisa banget ya modusnya Hahaha
ReplyDeleteWah ini ribet juga ya. Aku sendiri gak sampe gini mas. Mungkn ini yg namanya perjuangan, tapi bisa juga setiap daerah berbeda-beda. Harusnya sih enggak ya
ReplyDeleteSabar, yam... inilah indonesia wkwk
ReplyDeleteWah, ini kalau dibikin sinetron judulnya bakalan jadi "SIM THE SERIES"
ReplyDeletewqwq
bisa2 bia kamu nyaingin keluarga punjabi nih.
jujur, aku sama sekali nggak tertarik buat bawa kendaraan sendiri. enakan jadi penghuni jok penumpang..
ini kayaknya ceritanya cocok dibuat FTV nih, wkwkkwkw ..........
ReplyDeleteHarus Sabar ini ada Ujian .. wkwk
hha foto KTP mah mau seputih apapun hasilnya tetep item ... itu kameranya mejing
ReplyDeleteWih ngurus SIM kok ribet yah... seingatku sih dulu aku ngurus sim gak ribet gitu...paling yang bikin lama cuma nunggu tes drivenya doang..
ReplyDeleteNgurus Sim ribet banget anjay
ReplyDeletekalo tau gini nanti gue mau nembak aja dah nembak !
nembak pak polisi ehe
Terima Kasih buat kalian yang udah mau ninggalin komentar. Nggak perlu nyepam atau tebar link buat dapat feedback dari gue. Cukup rajin kasih komentar gue pasti bakal kasih feedback balik. Kalian senang gue juga Senang, double deh senangnya ^^
Yang Ngetik -@Ichsanrmdhni