Seharusnya tanggal 3
Mei adalah perkuliahan terakhir di kampus, malah untuk kelas gue tanggal 29
April itu UAS udah selesai, enak kan.
Rencana yang ada di
dalam kepala gue adalah. Tanggal 29 selesai UAS, tanggal 1 Mei langsung booking
tiket buat balik ke Balikpapan, tanggal 2 nya langsung ke Samarinda, ke rumah
tercinta, ketemu orang tua, teman dan ehem pacar.
Tapi, semuanya
benar-benar hanya rencana ketika ada sebiji mata kuliah yang harus di
selesaikan tugasnya melewati tanggal 29 April sampai 3 Mei.
Jika di dunia ini ada alat bernama hokimeter, mungkin tingkat ke-hoki-an
gue berada di angka 0 bahkan minus. Ia, gue adalah orang yang jarang, bahkan
gak pernah menang undian . Mulai dari undian jalan santai, undian ulang tahun
kota Samarinda sampai undian Nasional *Itu
ujian nasional woy* ohh beda yaa, oke sorry.
Gue masih ingat, nyokap pernah cerita, kalo dulu, zaman dia
masih suka ikut arisan di komplek rumah, dia nggak pernah mau masang arisannya
atas nama gue. Katanya, nama gue nggak bawa hoki, keluarnya selalu belakangan.
Yang nyokap pasang selalu nama kakak-kakak gue. Kan gue iri, gue kan juga
pengen nama gue di bacain di tengah
acara ibu-ibu yang lagi ngumpul ngocok arisan.
Hari minggu kemaren,
tepatnya tanggal 7 Juni 2015, gue dan
anak-anak sekelas zaman SMK dulu, mau bikin rencana ngumpul gitu, sekalian
datang ke acara reunian anak 90-an. Nama acaranya sih #Bringus90s. Seperti
biasa, seperti kebanyakan acara reuni anak SMK, entah SMA entah SMK, isinya
cuman wacana dan chat di group yang panjang buat ngatur ini itunya aja.
Pas hari H, sebiji
pun gue nggak ngeliat temen sekelas yang datang kesana. Gue malah ketemu dengan
teman-teman blogger Samarinda.
Sebagai anak kekinian gue lebih suka belanja online dibanding
harus pergi ke sebuah tempat perbelanjaan yang berbentuk fisik. Selain
barangnya banyak yang kembar, pilihan warna dan modelnya juga kurang variatif.
Terkadang gue harus bergreliya dari satu toko ke toko yang lain buat dapetin
barang yang gue mau.
Bergreliya dari toko ke toko pun nggak menjamin gue bisa
nemuin barang yang gue mau. Keselnya belanja ke toko yang berbentuk fisik itu,
kita udah keliling-keliling ke semua toko yang kita tahu, kaki udah segede
talas bogor buat jalan, tapi barang yang sesuai harapan dan selera nggak
kunjung kita temukan. Rugi di bayar parkirnya aja jadinya, kan kampret.