MULAILAH TERTAWA SEBELUM KALIAN PUBER

Semester 3 It's Over

Uas Semester 3 Selesai.

*joget-joget syahdu*

Biarkan gue teriak sesuka hati dulu, demi merayakan sebuah kejadian yang maha hacep ini.

*Haaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaah*

Iya, gue kalo teriak emang cuman gitu doang. Datar, flat, percis kayak kondisi hati sekarang ini.

Anyway, gue bahagia banget, akhirnya semester 3 selesai juga. Lebih tepatnya adalah Uas semester 3 selesai.

Rasanya, tiap nambah semester tiap itu pula beban pikiran, tenaga dan jiwa gue bertambah susah dan ribet.

Semester 3 ini, cuman 7 mata kuliah, tapi 3 sks semua, biji banget. Malah ada 1 mata kuliah yang sksnya 4. Terus JS nya 6. Amsyong amsyong dah gue.

Kelimpungan, keletihan, plus kesepian benar-benar mengisi kehidupan gue di semester ini. Iya, soalnya tepat semester ini dimulai, tepat pula hari itu gue diputusin pacar (lagi) pedih sih, tapi yaudahlah ya. Hidup terus berputar. Gue harus kuat, harus tabah, sekaligus harus cari dukun yang lebih tokcer lagi.

Balik ke UAS lagi.

Ngomongin uas anak DKV yang semuanya berbentuk karya. Tanpa ada ujian tertulis lagi, gue jadi iri sama anak-anak dari jurusan lain. Mereka UASnya jelas. Ada kertas, ada soal, kerjakan, kumpulkan kemudian lupakan. Kayaknya gampang banget.

Lah jurusan gue, dari 7 mata kuliah yang ada, sebiji pun nggak ada ujian tertulisnya. Semua praktek, semuanya berkarya, dan tentu saja semuanya memakan biaya.

Satu mata kuliah ber SKS dua pun jadi terbawa arus untuk UAS pake karya, gak pake ujian tertulis atau semacamnya. Ini sebuah ketidakwajaran yang membuat mahasiswa stress dan menderita double-double.

Biar keliatan ribetnya, gue jabarin aja kali ya tata cara UAS anak DKV. Dimulai dari mata kuliah ini,

1 Kapita Selekta Budaya

Mata kuliah ini adalah mata kuliah dengan sks 2, tapi rasa sks 20. Padahal cuman mata kuliah teori tapi sok banget UAS nya harus bikin karya dan bikin sketsa yang banyak.

Inti dari mata kuliah ini adalah, kita diminta untuk merepresentasikan ukiran, ornament dan tokoh-tokoh yang terdapat pada bangunan candi yang telah kita teliti di awal semester.

Gue kebetulan meneliti candi Jago, lokasinya ada di daerah Tumpang, kalo kalian pernah nonton film 5 CM. Nah, daerah ini disebut-sebut Genta sebagai gerbang awal menuju mimpi mereka, yaitu Mahameru. Tapi, gue nggak nerusin perjalanan dari tumpang sampai Mahameru. Gue cukup sampai Tumpang, muter-muterin candi. Tanya sana-sini, kemudian pulang dan meratapi kesendirian.

Dosen meminta untuk membuat dua produk yang bisa di jadikan cinderamata jika ada wisatawan yang berkunjung kesana.

Minimal dua produk dan desain produknya harus diambil dari ornament, ukiran atau tokoh yang tergambar didalam candi, tapi masih boleh dimodifikasi.

Akhirnya gue berembuk dengan anak-anak sekelas. Memikirkan produk apa yang murah dan buatnya gampang.

Setelah musyawarah kurang lebih 3 menit…….278 hari, kita memutuskan untuk membuat pin dan gantungan kunci. Mantab.

Baru aja mau konsul kalo kita mau bikin pin sama gantungan kunci. Dosennya malah duluan ngasih pengumuman didepan kelas,

“jangan bikin pin ya, bikin yang lain!”

Gue langsung mikir lagi,

“kalo bikin sticker boleh pak ?”

“stikernya rencananya mau ditempel dimana mas ?”

“di pin pak”

*kemudian gue dirajam pakai pin sama seisi kelas*

Mata kuliah ini akhirnya selesai. Produk yang gue buat pun masih tetap sederhan yaity gantungan kunci dan totebag. Total biaya yang keluar buat menyelesaikan 2 produk ini 50.000 pas.

2 Budaya Visual

Ini adalah satu-satunya matakuliah teori yang gue tempuh semester ini. Tugasnya standart. Makalah, makalah, makalah. Sampai muntah makalah pokoknya, gue sampe bosan. Sampe bingung mau copy-paste materi yang mana lagi. Muehehe.

Tapi jangan salah, mata kuliah ini sksnya 3 loh. Di matkul ini juga mahasiswa wajib buat pkm (pekan kreatif mahasiswa) jadi kita disuruh membuat proposal kreatif, ada banyak kategori, yang anak kuliahn pasti taulah, kebetulan gue memilih PKM-K, yaitu buat kewirausawaan. Semua anak sekelas bikin proposal.

Tapi nggak semuanya bisa di ajukan ke fakultas terus di kirim dikti.
PKM gue gimana  lolos nggak ? wooo, sudah jelas, PKM gue NGGAK LOLOS dong, gimana sih.

Hmmmmm, nggak-nggak gue bercanda. Proposal gue lolos, terus lagi dikirim ke dikti. Doain aja bisa lolos ke tahap selanjutnya, walaupun gue nggak terlalu ngarep buat lolos, tapi, kali aja gue lagi hoki. Bisa ikut pimnas terus jalan-jalan geratis. Kan ena.

UAS dari mata kuliah budaya visual pun tidak lepas dari bikin makalah. Karena dosen meniadakan ujian tertulis, walhasil mahasiswanya di wajibkan membuat satu makalah pamungkas terakhir, dengan tema akulturasi budaya Indonesia dan budaya luar. Plus membuat poster dengan tema serupa. Ditambah lagi, kita harus, kudu, wajib buat ikutan seminar dalam penutupan pameran kampus. Detail soal pameran dan lain-lainnya gue ceritain dibawah deh.

3 Illustrasi

Tidak ada sebuah metode baru yang digunakan dosen gue untuk memenuhi UAS Illustrasi. dosennya santai banget, gaul banget, dan tentu saja pro banget.

UAS Illustrasi sama seperti biasanya, membuat Illustrasi gambar manual dikertas A3, kemudian diwarnai. Gambarnya harus detail dan njelimet (rumit) gue menggambar tema dunia pipa waktu itu, ntahlah itu udah masuk kategori njelimet atau belum.

Rencananya gue mau nunjukin beberapa illustrasi yang udah dibuat, tapi gue rupa foto-fotoin, jadi ntar aja kali ya kalo ada waktu luang, semoga ini bukan wacana.

BUKAN WACANA SODARA-SODARA :)

4 Metode Reprografika

Mata kuliah yang awalnya membuat gue berfikir
“anjir, namanya keren banget, ada hubungannya gak ya sama reproduksi. Kalo ada pasti menyenangkan.”

Begitu mata kuliah ini gue tempuh, ternyata inti dari segala intinya adalah tentang sablon dan menyablon.

Dari mata kuliah ini gue jadi banyak tau tentang sablon. Jenis kain, jenis tinta, jenis pasta, rakel, screen, dan hal-hal tidak berguna lainnya. Eh

Soal hubungannya dengan reproduksi? Tidak ada. Mata kuliah ini benar-benar tidak membahas hal-hal yang gue idamkan di awal semester.

Mata kuliah ini adalah matakuliah dengan tingkat penggelontoran dana terbanyak nomor dua. Total gue abis ratusan ribu buat beli tetek bengek untuk nyablon. Dan hasil sablonnya pun ala kadarnya. Sedih pokoknya.

Kelas gue dan dua kelas DKV yang lain disuruh nyablon di kain ukuran 1,5 x 1,5 meter. Sementara dikelas satunya, mereka membuat banyak karya. Mulai dari kaos, taplak, tas, tank, pesawat tempur. Oke gue ngarang.

Awalnya gue merasa tidak beruntung karena mendapat dosen yang cuman nyuruh nyablon di kain 1,5 meter. Tapi, begitu tau kalo kelas lain tugasnya bejibun buat ini dan itu, gue jadi bersyukur dapat dosen yang pertama. Fiuhh

Kata dosen gue, biar pun karyanya dan gak layak pandang atau layak pamer, kita harus tetap PD.

Maka, dengan segala ketidak tau maluan, inlah hasil yang gue dapet selama menyablon dikampus.




5 Komputer Grafis

Salah satu mata kuliah dengan jadwal paling teratur, pembagian tugas paling jelas, dan menghabiskan biaya cukup banyak juga.

Waktu hardisk gue error dulu, gue sempat dibuat kelimpungan sama tugas mata kuliah ini. Untungnya dosennya muda dan bersahaja, jadi gue diberi kelongaran waktu untuk mengumpulkan tugas agak belakangan. Tampang soleh gue memang cukup berhasil untuk membuat dosen merasa iba.

UAS dari mata kuliah ini NGGAK ADA. Karena dosen mengangap semua tugas mingguan adalah UAS. Kelas gue wajib ikut pameran dan majang karyanya disana. Dari 7 project yang udah di kerjakan selama satu semester, terpilihlah projek illustrasi digital, gue pengenya mamerin project yang low polly aja sebenarnya. Tapi, apalah daya. Gue kalah suara.

Gue rada nggak semangat dengan pameran mata kuliah ini. Karena hasil karya yang gue buat jauh dari kata memuaskan.

Karya yang terpilih adalah illustrasi digital. Sedangkan dunia persalinan dan persilatan tahu, bahwa illustrasi manual gue jelak. Dan untuk mengerjakan illustrasi digital harus melewati tahap manual dulu. Jadilah gue tidak maksimal dalam berkarya. Haseek.

Pameran untuk matkul ini cuman 1 hari. Karya di cetak di kertas berukuran A3. Kemudian diberi frame lalu di gantung doang. Besok sorenya karya udah dicabut dan gentian dengan mahasiswa lain yang mau pameran juga.

6 Fotografi

Fotografi adalah makul yang sebenarnya tidak terlalu berat …… bagi mahasiswa yang mempunyai kelengkapan alat. Masalahnya adalah gue tidak termasuk kedalam mahasiswa dengan kelangkapan alat itu.

Di kelas yang punya kamera ‘bagus’ mungkin nggak ngampe 10 orang. Sisanya ya nebeng dan berharap belas kasihan dari orang-orang yang punya kamera ini aja.

Ngerjain tugas fotografi juga nggak bisa sembarangan. Tiap minggu tema tugasnya ganti-ganti. Pernah waktu lagi padat-padatnya tugas kampus gegara mau UAS, gue dapet tugas fotografi dengan tema pengamen jalanan.

Rencananya mau hunting bareng temen-temen yang punya kamera ‘bagus’ ini. Tapi, karena tugas yang lain juga waktunya mepet. Anak-anak kelas banyak yang ngorbanin untuk nggak ngerjain fotografi dulu biar tugas yang lain bisa dikebut.

Awalnya gue juga mau ngikutin cara berfikirnya anak-anak kelas. Tapi, pas gue mikir lagi,

“kalo gue tumpuk ngerjain minggu depan lagi, emang yakin, minggu depan tugas bakal dikit. Ia kalo beneran jadi dikit. Lah kalo tambah banyak. Mampus gue”

Yang punya kamera mah enak, kapan pun bisa foto jeprat jepret. Lah yang kaga punya ini. Mau nggak mau, suka nggak suka, ya harus nyesuaikan jadwal hunting sama yang punya kamera. Benalu banget nggak sih.

Gue pun memanfaatkan semua fasilitas yang gue punya. Bersama Bayu malem-malem sekitar jam 10 malam kita keliling kota malang nyari pengamen. Sumpah ya, nggak tau kenapa. Hal-hal kaya begini itu kampret banget.

Kalo lagi ga di butuhin pengamen ada mulu seliweran. Nah, pas lagi di cari-cari gini sebiji pun nggak ada nongol, eek banget kan.

Setelah muter sana-sini, kita pun bertemu pengamen yang masih remaja dan punya banyak tattoo di tangan. Kita ketemu di daerah Terusan Surabaya, tapi pas minta izin mau ngikutin mereka sebentar mereka bilang kalo abis dari sini mau langsung otw ke daerah Suhat.

Gue dan Bayu pun ikut aja. Mau kemana pun kita ikutin aja deh pengamennya. Yang penting dapat fotonya. Mantab.

Setelah hampir setengah jam ngamen di daerah polinema kita pun berpisah dengan pengamenya. Iya, gue dan Bayu emang nggak ngasih apa-apa ke pengamenya. Kita memag tidak tahu diri.

Untungnya dalam tema tugas ini nggak diperlukan banyak teknik atau efek yang aneh. Karena tema fotonya dokumentasi. Jadi, yang penting nggak blur aja aman dah. Mantab.

Malam kita ambil foto, besok paginya langsung di cetak, sorenya di kumpulin. Nah, pas mau ngumpulin parah banget kelas gue. Yang ngerjain tugas ini mungkin cuman sekitar 5 orang aja. Yang lain pada milih nggak masuk, karena juga lagi keteteran sama tugas yang lain.

Dosen udah nggak mau ambil pusing. Yang udah ngerjain cepat di konsultasikan, di kasih nilai langsung lanjut project berikutnya. Nah, yang belom ngerjain ini yang kena zonk. Udah tugas yang pertama belum selesai, tugas dari matkul lain juga antree minta di dulukan. Ehh malah tugas fotografi nambah lagi. Mampus, mampus dah.

Pas tua hasil foto gue udah di acc. Gue cuman senyum sambil mikir,

“untung aja gue nggak ikutan anak-anak lain buat nunda tugas fotografi. Kalo nggak, bisa ikutan tewas jug ague. Gelabakan sama banyak detlen yang lain, sukur, sukur”

Dari pengalaman ini gue jadi belajar. Segimanapun numpuknya, sesusah atau segampang apapun tugasnya, kalo bisa jangan pernah nunda dan ngeremehin tugas.

Tugas nggak bakal selesai kalo cuman diundur waktu pengerjaannya, tugas itu harus dikerjain. Titik. Dah gitu aja.

Untuk UAS nya sendiri, Matkul ini menarik banget, karena UAS nya berupa soal cerita dan cara menjawabnya ya dengan hasil foto. Dikerjakannya pun harus selesai satu hari. asik tapi ribet, ya begitulah kuliah #TibaTibaNyambung




7 Bahasa Visial

Mata kuliah yang penih intrik dan problematika. Matkul ini satu-satunya yang punya bobot 4 sks di semester ini. JS nya pun nggak main-main. 6 JS tjcoy.

Tugas mingguan dari matkul ini tidak terlalu ribet. Cuman BANYAK aja. Nah, kirain setelah merampungkan semua tugas mingguannya yang banyak, waktu UAS nanti bisa nyantai. Ternyata nggak semudah itu, kenapa ? karena tugas UAS nya lebih parah lagi. Lebih menyakiti hati dan kantong gue lagi.

Tugas UAS dari matkul ini adalah, kita diminta untuk membuat environtment design. Jadi semacam membuat plakat berupa information sign, direction sign, welcome sign, dan sign-sign yang lain. Pokoknya ribet dah.

Pengerjaan tugas ini dimulai dengan menentukan tempat yang akan di buatkan envorontment designnya. Dosen gue pun memutuskan untuk menjadikan tempat wisata di kota Malang, emm lebih tepatnya kota Batu sih sebagai contoh untuk mengerjakan tugas ini.

Tugas ini berbentuk kelompok. Satu kelompok di isi oleh 3 orang. Seperti lazimnya kelompok belajar di Indonesia. Jika ber-3 maka, 1 orang yang kerja, yang 2 pelengkap saja. Semacam tim horee, atau semacam wijen di atas roti, ada ataupun nggak ada rasanya nggak ada pengaruhnya.

Untungnya gue satu kelompok sama Bayu, nggak tau kenapa kita bisa jodoh aja. Padahal waktu pembagian kelompok, dosen nunjuknya random banget. Mungkin ini yang dinamakan kekuatan cinta. Kenapa kita tetap bisa bersama ? karena cinta ada karena cinta membutuhkan cinta.

Lahhh, apa dah.

Ada banyak kejadian yang nggak mengenakan waktu mengerjakan tugas ini. Kelompok gue bener-bener nggak solid. Akhirnya di ujung penyelesaian tugas ada semacam ketegangan internal yang terjadi di dalam kelompok.

Ketegangan ini terjadi antara gue dan Bayu, melawan satu biji anggota kelompok kami sendiri, dan dia wanita.

Masalahnya pun klasik banget, yaitu soal duit. Ya, gue tau nyari duit zaman sekarang itu susah, tapi ya masa gue tega boongin teman sendiri demi uang yang nggak seberapa jumlahnya. Gue masih punya hati. Gue adalah tipe orang yang punya prinsip bahwa uang bisa membeli segalanya, tapi tidak untuk pertemanan, cinta dan kebahagian. #Sikap

Sebenarnya masalahnya sederhana banget. Si cewe temen satu kelompok gue ini rumahnya jauh, sementara gue dan Bayu satu kost. Jadi, untuk mewujudkan harapan untuk kerja bersama itu rasanya agak susah, kenapa ? karena itu tadi, rumah dia jauh, dia nggak bisa bawa motor, dan yang paling ribet, dia itu cewe. Kan nggak enak kalo mau merintah-merintah cewe. Ya nggak guys.

Akhirnya, kebanyakan tugas ini cuman dikerjakan oleh gue dan Bayu, kita yang bikin ini itu nya, kita yang design ini itunya, kita yang survey 2x, kita yang di php-in tukang kayunya, kita yang di begoin tukang stiker, pokoknya banyak sialnya lah. Sementara tugas dia. Dia cuman bikin layout hasil dari semua kerja keras yang tadi. Dan parahnya hasil layoutannya JELEK BANGET. KAMPRET.

Setelah akhirnya tugas ini selesai, tentu saja ada satu maslah yang belum selesai. Yaitu masalah duit patungan untuk nyelesaiin tugasnya.

Jujur aja, kelompok gue emang bikin maket yang beda. Kalo rata-ratakelompok lain membuat welcome sign, kelompok gue membuat map’s sign. Iya, kita buat peta tempat wisatanya. Anti mainstream harga mati.

Maket kita beda, bahan yang kita pake beda, ukuran maket kita pun lebih beda, beda dalam artian lebih lebar. Tapi, gue pribadi lebih puas dengan maket ini dibanding punya teman-teman yang lain.

Dengan logika sehat. Semua yang beda yang ada di maket kelompok gue pun harus ditebus dengan biaya yang pastinya berbeda.

Kalau kelompok lain rata-rata menghabiskan dana sekitar 800 ribu  sampai 1 juta. Nah, kelompok gue sendiri nih yang absinya sekitar 1,2 juta.

Kenapa bisa lebih mahal ? ya, seperti yang gue bilang tadi. Maket kelompok gue ini beda dari punya teman-teman yang lain. Bahan yang dipake lebih bagus, ukuran lebih besar. Jadi, ya harganya juga lebih mahal.

Lagian siapa sih orang yang mau ngerjain tugas sembarangan. Kalo bisa sempurna, pastilah semua orang mau yang sempurna. Gue dan Bayu sependapat sama hal ini. Sayangnya temen gue yang sebiji lagi ini semacam nggak bisa menerima ini semua. Ya intinya dia nggak percaya sama kita.

“Masa bikin maket gitu doang bisa abis sampe 1,2 juta.”

Waktu dia bilang gitu rasanaya gue mau teriak di telinga dia

“MAKANYA, KALO MAU TAU ITU IKUT, JANGAN MAU BERES AJA. DISURUH IKUT NGGAK BISA, DISURUH NGERJAIN NGGAK BISA, INI NGGAK BISA, ITU NGGAK BISA. MATI AJA LU NYET.”

Biar nggak salah paham, Bayu pun memberikan semua nota yang terkumpul. Kebetulan pas ngerjain tugas ini semuanya pake duit Bayu, katanya biar enak hitungannya nggak kepisah-pisah, gitu.




Karena gue selalu ikut, dan tau harga bahan baku, tukang, dan stikernya *yaiyalah* orang kita beli apa-apanya berdua mulu hahaha.

Gue mah nggak ada masalah, jadi langsung bayar aja sesuai pembagian yang adil dan rata, yaitu sekitar lebih kurang 400 ribu. Selesai.

Nah, masalahnya muncul waktu Bayu mau nagih uang patungan buat tugas ini sama temen kelompok kita yang cewe. Dia bilang bukannya nggak mau bayar, tapi nggak percaya. Masa tugas begini doang abisnya sejuta.

Nota-nota udah sama dia, katanya dia datang ke tukang kayu yang bikin maketnya, ke tempat stiker, dank e tempat penjual HPL. Katanya harganya gak segitu, ini semua pasti nota rekayasa.

Awalnya gue ngira, nih anak becanda apa gimana sih. Gue awalnya gak mau ambil pusing, yang penting kewajiban gue udah gue penuhin. Yaitu membayar sesuai pembagiannya.

Yang kasihan kan Bayu, soalnya dia yang nalangin semuanya hahaha. Karena udah kesel, Bayu jadi nggak mau lembut-lembut lagi sama cewe ini. Karena terlihat dari gerak-geriknya, dia nggak punya itikad buat bayar uang tugas. Jadi, Bayu pun geram dan nelfon dengan nada yang lebih tinggi yang nggak seharusnya di ucapkan kepada cewe.

Cewenya ternyata nggak terima, ngadulah dia ke bapaknya. Bapaknya pun nyamperin gue dan Bayu di depan matos (Malang Town Square)

Suasan ini benar-benar chaos banget. Gue sama Bayu ini rencananya emang mau ke Matos, tapi bukan buat nemuin bapaknya si cewe yang nggak mau bayar utang, kita kesini mau survey harga hp. Nggak sesuai ekspektasi banget dah pokoknya.

Begitu keluarga bersahaja ini nyampe di depan matos, gue kaget. Kirain yang datang dia sama bapaknya doang. Ternyata yang datang satu keluarga, ada dia, bapaknya, mamaknya, sama adeknya. Totalitasnya patut di acungi jempol keluarga ini.

Kita semua sudah berkumpul membentuk lingkaran, lampu-lampu jalanan menemani perdebatan kita malam itu, para pejalan kaki yang seliweran pun menambah renyah suasan petang itu *ini kenapa jadi putis jijik gini*

semuanya udah nggak bisa dikendalikan, orang tua si cewe ini datang sambil bawa kwitansi beserta foto copy-an nota-nota yang kemarin di kasih Bayu ke anaknya. Sambil marah-marah, dia bilang kalo nota yang kita kasih itu nggak sesuai semua.

Karena udah beta dan nggak mau banyak omong. Kita pun menawarkan sebuah ajakan yang sangat ke keluargaan kepada si bapak, begini

“kalo bapak nggak percaya sama nota kita, ayok, besok kita datangin satu-satu toko yang buat nota ini. Mereka pasti punya salinannya kan”

Udah di tantang gitu, ehh si bapak malah nggak ada respect nya, terus mencoba mencari-cari kesalahan lain dan mengalihkan pembicaraan lagi.

“kalo nanti anak saya bayar sekian, ntar dia dapat apa dari maket ini?”

Gue dan Bayu pun menjawab,

“terserah, mau ambil yang bagian mana, tapi kalo mau di bagi, harga pedestal maket ini aja udah cukup kok buat bayar jumlah tagihan anak bapak”

Terus mamaknya lagi yang nyamber,

“wah, nggak bisa gitu, itu namanya nggak adil. Kalo mau adil kita potong aja jadi 3, adil kan.”

Gue jawab lagi,

“silahkan kalo mau dipotong, kita nggak butuh juga maket ini. Sementara ini kita cuman butuh nilainya aja. Tapi, kalo mau dipotong, silahkan potong sendiri, dan asal anda tahu, kalo maket ini mau dipotong jadi 3 bagian, itu butuh duit lagi, silahkan anda saja yang bayar”

Masih melakukan pembenaran terus menerus, mamaknya si cewe yang rempong banget ini pun bilang begini lagi,

“anak saya itu nggak ada niatan mau nggak bayar kok mas, kami mau bayar. Bahkan hari rabu sampai jum’at dia bawa duitnya terus, cuman situ aja yang nggak pernah nagih, ya jadi anak saya males bayar”

Gue mikir dalam hati,

“YA MASA NUNGGU DITAGIH DULU SIH BARU MAU BAYAR, LU GOBLOK ATAU TOLOL SIH, KESEL GUE”

Yang jawabin pernyataan si mamaknya yang rempong ini pun Bayu, Bayu cuman bilang dengan kalimat se sopan mungkin.

“bu, anak ibu ini cewe loh, dan kita nggak deket-deket banget sama dia. Dia juga selalu ngumpul sama temen-temen cewenya, kita sebagai cowo ya nggak enak lah mau nagih masalah duit ke cewe, apalagi di depan teman-teman cewenya”

Penjelasan Bayu yang udah sopan pun cuman di balas gini,

“ya salah sendiri, kenapa nggak nagih, kan situ yang butuh duitnya, ya situ lah yang usaha”

Anjir banget, gue denger mamaknya ngomong gitu jadi ikutan panas. Pengin banget gue bilangin gini,

“YA, HARUSNYA YANG PUNYA UTANG LAH YANG TAU DIRI, GIMANA SIH, PUNYA OTAK NGGAK ? KALO NGGAK ADA NANTI GUE BELIIN DI WARUNG PADANG.”

Karena merasa debat dengan orang yang pendidikannya nggak setara sama kita, gue cuman iya-iya-in aja omongan emaknya ini. Sampai akhirnya emaknya bilang gini lagi.

“mas kalo utang di bank, yang nagih siapa ? pihak bank kan ? harusnya mas juga begitu. Yang butuh uang yang nagih”

Karena makin panas dan pernyataan si emak ini makin goblok, Bayu pun jawab dengan nada lebih tinggi,

“LOH, KALO IBU UTANG UANG DI BANK. YA, HARUSNYA IBU LAH YANG TIAP BULAN DATANG KE BANK BUAT MENGANGSUR UANGYA. GIMANA SIH”

Merasa menang dengan pernyataannya si ibu bilang gini lagi,

“loh, kok saya yang datang untuk bayar. Terus gunanya dept collector apa”

Bayu makin panas dan makin semangat mau ngejatohin si emak ini, Bayu pun bales gini,

“KALO SAMPE DEPT COLLECTOR YANG NAGGIH IBU, ITU ARTINYA IBU TELAT BAYAR UTANG, NGERTI ? “

Hahahaham gue cuman ketawa dalem hati. Waktu dibilangin gitu, si emaknya ini cuman diem dan nahan malu aja. Begitu dah orang kalo cuman modal sok tau. Ujungnya malu sendiri.

Setelah debat ngalor ngidul, saling ngotot, akhirnya si cewe dan keluarganya ini mau juga membayar uang maket. Tapi, sambil bikin nota baru dan di tanda tangani.

Nah, pas nulis nota ini, karena bingung, gue menyuruh Bayu menulis tanggal di bagian atas kiri, padahal aturannya tanggal pembuatan nota itu tidak ditulis dibagian sana.

Si bapak ini pun negur Bayu dengan bilang,

“mas ini bisa buat nota nggak sih. Tanggal itu tempatnya bukan disana, tapi disini”

Dengan reflect dan semangat mengebu-gebu, Bayu pun menjawab

“itu dia pak, saya ini bikin nota aja nggak pernah, gimana mau malsuin nota”

JEGERRRRRRRRR, satu keluarga diem mematung.

Sumpah demi apapun, gue nggak suka banget cara keluarga ini memenuhi kewajibannya untuk melunasi pembayaran. Mereka menuduh tanpa bukti yang jelas. Harusnya masalah ga perlu sepanjang ini. Coba aja mereka seperti orang tua lain, tinggal bayar, dan nggak musingin yang lian.hal kayak gini kan nggak bakalan terjadi. Kan ini jadi nggak enak banget.

Diakhir sebelum kami berpisah, si bapak bilang,

“saya bukannya nggak mau bayar, saya cuman mau tau kejelasan nota-nota ini. Kalo cuman segini itu cuman uang receh kok mas”

Gue dalem hati pengen nyaut, dan jawab,

“KALO UANG RECEH KENAPA DISURUH BAYAR AJA SUSAH BANGET, KAMPRET”

Keluarga cemara ini pun pergi dari halaman matos, meninggalkan gue dan Bayu.

Setelahnya kita nggak langsung balik ke kost, gue dan Bayu cuman diem-dieman aja sampai akhirnya gue bilang begini,

“emang begini banget ya ujiannya anak rantau ? begini banget ya ujiannya orang yang mau jujur”

Kemudian kita pun balik ke kost dan Bayu nggak jadi beli hape, hahahah.

Yahhh, tiap semester emang punya cerita. Kuliah membuat gue dewasa. Membuat gue jadi orang yang lebih baru dan lebih baru lagi.

Baru semester 3 aja cerita kuliah gue udah di bumbui dengan kejadia menarik ini. Di begoin, dibentak, atau dituduh, nggak sedikitpun bikin gue ciut atau mikir mau berhenti kuliah. Justru sebaliknya.

Semester depan ada cerita menarik apalagi ya yang menimpa hidup gue? Hmmm jadi penasaran aja.

Selamat tinggal semester 3. Ketemu lagi di semester 4 yak, bye bye

12 KOMENTAR

  1. Anjirrr itu rusuh banget sih asli kalo sampe sekeluarga gitu. Muahahaha.Ada aja dah orang kayak gitu. :))

    ReplyDelete
  2. Anjriit lu yaaammm....sinetron banget kisah lu...wkwkwk...ngomongin UAS...gw juga punya pengalaman pahit tingkat ISIS....tau ga?gara2 mlototin postingan elu..gw jadi ngakak semaleman jadi lupa klo besok UAS,,mana materinya matematika tingkat dewa lagi...alhasil gw sukses celingak.celinguk pas UAS kemaren..#puas.lu...wkwkwkwk

    ReplyDelete
  3. Gregetan banget baca part keluarga cemara, wkwk.
    Itu si Bayu jago banget lagi nyautinnya, hahaha.

    Seengganya segala usaha dan air mata(?) terbayar dengan IP tiga koma sembilan~
    Tetep semangat sansan!!!

    ReplyDelete
  4. Anjir asik banget lah tugasnya pake travelling ke Tumpang gitu.

    ReplyDelete
  5. Hahaha itu ilustrasinya lucu

    ReplyDelete
  6. Wah anak DKV. Keris Kanjinya keren yah

    ReplyDelete
  7. oww anak DKV pantess design na keren-keran.. pi emang sich DKV terkenal modal gede heheehehe.. semangaaat masih ada smster baru yang lebih seru

    ReplyDelete
  8. Anak DKV ya ._. nggak heran deh kalau karya-karyamu keren, mas :D

    ReplyDelete
  9. Awalnya sempet mikir mau ambil DKV, tapi setelah ditelusuri, akhirnya gue gak jadi ngambil DKV dengan alasan: gambar manual gue jelek. Dan bener aja... ternyata DKV memang dituntut harus menggelotorkan uang untuk tugas dan segala tetek bengeknya. Udah mahal, ngeluarin modal banyak untuk perlengkapan, tugasnya pun juga banyak. Dan kudu berhubungan sama seni dan gambar. Untung saja.

    ReplyDelete
  10. Ngeselin banget itu asli. si cewe sama kelaurganya ! hih!
    terus sampe sekarang masih sekelas nggak sama itu cewe?
    dia baca nggak tulisan ini?

    ReplyDelete

Terima Kasih buat kalian yang udah mau ninggalin komentar. Nggak perlu nyepam atau tebar link buat dapat feedback dari gue. Cukup rajin kasih komentar gue pasti bakal kasih feedback balik. Kalian senang gue juga Senang, double deh senangnya ^^

Yang Ngetik -@Ichsanrmdhni